Imam Ghozali,
Mengenal Allah
Silakan di Share agar lebih banyak orang yang ikut
membaca:
Imam Ghozali memiliki karya yang sangat terkenal, yaitu
Ihya’ Ulumuddin, sel ain itu dia pula mempunyai karya yang lain:
“Munqid min Dhalal, Maqashid Falasifah, Tahafut Falasifah, Iqtishad fi I’tiqad,
Jam Awam’an ‘Ilm Kalam, Mi’yar ‘Ilm, Al-Mustashfa (ushul Fiqh), Minhaj “Abidin,
Kimia’ Sa’adah, Risalah Laduniyyah, Misykat al-Anwar, Madhmun bih ‘ala Ghair
Ahlil, Maqshid Asna fi Syarkh Asma’ Allah al-Husna, dll. Karya Imam
Ghozali sangat banyak dan semuanya bermanfaat. Sementara menurut Ibn
Khallikan Ihya’ Ulumuddin dipandang sebagai karya Imam Ghozali yang paling bagus
serta luas. Karya Imam Ghozali tersebut menjadi semacam babakan baru
dalam sejarah kehidupan pemikiran serta rohaniah Islam.
Imam Ghozali dalam Ihya’ Ulumuddin, Ilmu
Tasawuf terbagi menjadi dua: Tasawuf sebagai ilmu Mu’amalah, inilah yang
diuraikan dalam Ihya’ Ulumuddin. Kedua, ilmu Tasawuf sebagai ilmu mukasyafah,
menurut Imam Ghozali, ilmu ini tersendiri serta tidak boleh dituliskan.
Sebagaimana kata Imam Ghozali , “Fana ialah salah satu tingkatan ilmu
mukasyafah. Dari dirinya muncul imajinasi orang yang menyatakan terjadinya
hulul atau penyatuan dan yang menyatakan: Aku inilah Yang Maha
Benar!……ini benar-benar keliru, seperti kelirunya orang yang mem vonis cermin
sebagai merah hanya karena memantulkan warna merah.”
Mengenai Tauhid, Imam Ghozali membaginya
menjadi empat.
Pertama Tauhid seorang yang menyatakan Tidak ada Tuhan
kecuali Allah, sementara kalbunya melalaikan makna ucapakannya, tauhidnya orang
munafik.
Kedua, Tauhid yang membenarkan makna ungkapan-ungkapan
Syahadat, tauhidnya orang-orang awam.
Ketiga, Tauhidnya orang yang menyaksikan kebenaran
ungkapan tersebut secara kasyf dengan cahaya Yang Maha Benar, tauhidnya
orang-orang yang akrab dengan Allah, para muqorrobin.
Keempat tauhid seorang yang tidak melihat dalam wujud
kecuali hal yang tunggal, tauhidnya orang-orang yang benar, para shiddiqin,
para sufi menyebutnya kefanaan dalam tauhid.
Kebahagiaan, Imam Ghozali
berpendapat, dalam Kimia’ al-Sa’adah, “Seandainya Anda memandang
kearah ilmu, anda niscaya melihatnya bagaikan begitu lezat. Sehingga ilmu
itu dipelajari karena manfaatnya. Anda pun niscaya mendapatkannya sebagai
sarana menuju akhirat serta kebahagiaanya, dan juga sebagai jalan
mendekatkan diri kepada Allah. Namun hal ini mustahil tercapai kecuali dengan
ilmu tersebut. Dan yang paling tinggi peringkatnya, sebagai hak umat manusia,
adalah kebahagiaan abadi. Sementara yang paling baik adalah sarana ilmu
tersebut yaitu amal, yang mengantarnya kepada kebahagiaan tersebut, dan
kebahagiaan tersebut mustahil tercapai kecuali dengan ilmu serta amal. Dan
ilmupun tidak mungkin tercapai kecuali dengan ilmu cara beramal. Jadi asal
kebahagiaan di dunia dan akhirat itu sebenarnya ilmu.
” Kelezatan khusus kolbu adalah pengenalan terhadap
Allah, dan kalbu memang tercipta untuk mengenal Allah. Kelezatan tertinggi dan
terluhur pengenalan terhadap Allah. Manusia tidak hanya menikmati kelezatan
pengenalan terhadap Allah setelah meninggal dunia saja, tapi diapun bisa
menikmatinya ketika dalam keadaan sadar, yaitu ketika dia mampu menyaksikan
berbagai hakekat realitas tertinggi, dan kepadanya pun alam malakut
disingkapkan. Semua ini mustahil tercapai kecuali dengan keterpalingannya dari
berbagai pesona materi, ilusi, serta kelezatan yang fana.” Kata Imam Ghozali.
Apa Anda sependapat dengan Imam Ghozali?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar