Tuhan tidak gaib, yang gaib justru diri kita sendiri.
Bahkan wujud Tuhan itu lebih jelas dan lebih bercahaya dari wujud-wujud apapun
selain-Nya. Karena itu, ketika kita menggunakan berbagai argumen untuk
membuktikan wujud Tuhan, maka sebenarnya adalah hanya untuk
"mengingatkan" kita akan realitas hakiki tersebut.
Argumen yang
dipergunakan untuk menelaah realitas eksistensi dan wujud eksternal dalam
menegaskan eksistensi hakiki Tuhan di sini, adalah argumen imkan dan
wujub. Argumen Imkan atau kontingen, merupakan salah satu argumen
rasional yang paling kuat dalam membuktikan eksistensi Tuhan. Karena tak
satupun manusia berakal menolak dan memungkiri eksistensi dirinya dan realitas
wujud-wujud di alam ini. Sementara argumen ini secara prinsipil berpijak pada
penerimaan realitas eksistensi dan wujud hakiki.
Jalan dan metode untuk menyingkap wujud Tuhan,
sebanyak realitas wujud ciptaan-Nya. Karena Tuhan memiliki banyak sisi (nama
dan sifat-Nya), sehingga setiap sisi-Nya merupakan jalan yang bisa digunakan
oleh para sulukiy. Namun demikian, terdapat jalan yang paling kuat dan
sempurna dibanding yang lainnya. Dalam hal ini, kita harus memilih argumen yang
paling sempurna dalam menegaskan eksistensi Tuhan. Sebab, setiap argumen
merupakan jalan menuju kepada-Nya dalam kerangka akal teoritis. Semakin
sempurna argumen, maka semakin sempurna pula pandangan dunia tauhid. Apabila
pandangan dunia tauhid seseorang telah sempurna, maka akan sempurna pula tujuan
hidup dan hakikat wujudnya.
Sebelum wujud Tuhan itu dapat kita buktikan lewat
argumen ini, akan dijelaskan secara terperinci beberapa pendahuluan dan
pengertian yang mendasar berkaitan dengan argumen ini. Dengan memahami
pendahuluan ini, akan mudah bagi kita mengikuti alur-alur argumen dan memahami
secara benar premis-premisnya.
Beberapa hal yang dimaksud antara
lain:
Pengertian wujud kontingen (mumkin al-wujud),
Wujud Wajib (wajib al-wujud) dan wujud mustahil (mumtani' al-wujud);
Pengertian keniscayaan;
Prinsip kausalitas;
Kemustahilan daur dan tasalsul.
Pengertian keniscayaan;
Prinsip kausalitas;
Kemustahilan daur dan tasalsul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar