Oleh Drs. H. Aceng
Kosasih, M. Ag
PENDAHULUAN
Tasawwuf atau
sufisme sebagaimana halnya dengan mistisme diluar agama Islam,
mempunyai tujuan
memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhann,
sehingga disadari
be
nar bahwa seseorang
berada di hadirat Tuhan. Sedangkan intisari dan
mistisme, termasuk
didalamnya sufisme ialah kesadaran akan adanya komunikasi dengan
Tuhan dengan jalan
mengasingkan diri dan berkotemplasi.
Keinginan untuk
berada sedekat mungkin dengan T
uhan itu,
dikalangan sufi biasa
disebut kehidupan
menyuci. Dan dalam menjalani kehidupan menyuci itu, mereka (kaum
sufi) berusaha
untuk memalingkan dirinya dari kehidupan duniawi disamping senantiasa
berkontemplasi,
yakni dengan jalan mendekati sifat yang
mirip dengan yang
Mutlak.
Untuk itu tidak
sembarang orang yang dapat melakukannya. Menurut kaum sufi, tingkat
pertama manusia
yang hidup dengan mendekati kemiripan dengan Tuhan adalah Nabi,
kemudian para sufi
istimewa dari yang istimewa, dan para wali. Keb
erhasilan dalam
mencapai tingkat
hidup yang sempurna demikian tidaklah diperoleh karena kapasitasnya
sebagai manusia.
Kaum sufi mengetahui bahwa hal itu dimungkinkan
karena seseorang
melalui proses
penyucian hatinya lalu mencapai tingkat suci dengan jiwa s
ucinya lalu
mampu mengadakan
kontak dengan yang Mutlak. Itulah cara hidup yang mendekati
”Kemiripan dengan
Tuhan.”
Dalam dunia sufi
berbagai macam aliran yang memiliki jalan yang berbeda untuk
dapat berada
sedekat mungkin dengan Tuhan. Salah satunya, yang
akan penyusun bahas
adalah jalan
(gagasan) yang dikemukakan seorang tokoh sufi, Al-Jili dengan gagasannya
Insan Kamil
BIOGRAFI AL-JILI
Nama aslinya ialah
Abdul Karim Ibnu Ibrahim, adalah seorang sufi terkenal dari
negeri Baghdad.
Riwayat hidupny
a tidak banyak
diketahui orang. Para penulis hanya
menyebutkan bahwa
ia lahir di al-jili, sebuah negeri di kawasan Baghdad, pada tahun
1365 M (767 H) dan
meninggal dunia di tempat yang sama pada tahun 1409 M (811 H).
Jenjang pendidikan
yang dilaluinya pun
sulit ditelusuri.
Ia hanya diketahui pernah
berguru pada Abdul
Qadir al-Jailani, seorang pendiri dan pemimpin tarekat Qadariah
disamping itu ia
juga sempat berguru
pada Syekh Syarafud-Din Ismail ibn Ibrahim al-Jabarti, seorang tokoh tasawwuf
terkenal darinegeri Zabit Yaman.
Dalam dunia tulis
menulis termasuk ahli sufi yang cukup kreatif, karengannya
tentang tasawwuf
tidak kurang dari 20 buah, yangpalingterkenaldiantaranya”alInsanalKamilfima’rifati
al-Awakir wa a-Awali” dan ”al-KahfwaarRaqim fi Syarh
Bismillah ar-Rahman
ar-Rahim”. Konon bukunya disebut pertama, al-Insan al-Kamil pernah menggemparkan
ulama-ulama sunnah dan fiqih pada masa itu.Ajaran al-Jili secara garis besar meliputi
pengertian zat Mutlak, masalah ruh,tentang nur Muhammad dan Insan Kamil. Namun
demikian penyusun hanya akanmembahas tentang Insan Kamil saja.INSAN KAMIL
MENURUT AL-JILI
Menurut Khan Sahib
Khaja Khan, kata ”insan” dipandang berasal dari turunan
beberapa kata.
Misalnya ”uns” yang artinya cinta. Sedangkan yang l
ain memandangnya
berasal kata ”nas”
yang artinya pelupa, karena manusia hidup di dunia dimulai dari
terlupa dan
berakhir dengan terlupa. Yang lain lagi berkata asalnya adalah ”ain san”,
”seperti mata”.
Manusia adalah mata, dengan nama Tuhan menurunkan sifa
t dan asma-Nya
secara terbatas. Insan Kamil, karenanya merupakan cermin yang merupakan
pantulan dari sifat
dan asma Tuhan”.
Dalam Insan Kamil,
Tuhan bukanlah sebuah layar bagi makhluk-Nya, dan makhluk tidak akan tertabiridari
Khalik. Ia menjadi seimbangdalam kedua arah. Ia
adalah seseorang
yang vtelah melaksanakan suluk (perjalanan pencarian) menuju Tuhan
dan bersama Tuhan,
dan mencapai titik Haqiqat-i-Muhammadi, yang____________ (Al-
Quran 53:9), sebuah
titik yang berjarak dua busur atau bahkan lebih dekat lagi. Ia
menjadi poros
disekeliling dimana seluruh eksistensi mengelilingi dan menyinari hati
makhluk-makhluk
lainnya. Dalam kenyataannya, ini adalah pola tidak langsung atau
tiruan dari
individualitasnya. Ini adalah apa yang disebut Ibn Arabi sebagai
kebijaksanaan
individualitas.
Penciptaan mulai dari Muhammad saw, artinya melalui Haqiqat
Muhammad,
kebijaksanaan eksistensi mewujud secara lengkap dalam individualitasnya.
”Aku sudah menjadi
nabi”ujar Rasul ”ketika Adam masih antara air dan lempung”,artinya
Aku sudah menjadi
nabi
ketika Adam masih
belum dalam pengetahuan Tuhan,
dan belum
mendapatkan bentuknya mendunia.
Gagasan Insan Kamil
al-Jili sebenarnya melanjutkan gagasan yang telah
dikemukakan Ibn
Arabi. Menurut Ibn Arabi, manusia sempurna adalah
alam seluruhnya.
Karena Allah ingin
melihat substansi-Nya dalam alam seluruhnya, yang meliputi seluruh
hal yang ada, yaitu
karena hal ini bersifat wujud serta kepadanya itu Dia mengemukakan
rahasia-Nya, maka
kemunculan manusia sempurna (Insan Kamil) menur
ut Ibn Arabiadalah
esensi kecermelangan cermin alam. Ibn Arabi membedakan manusia sempurna
menjadi dua.
Pertama manusia sempurna dalam kedudukannya sebagai manusia baru.
Kedua, manusia
sempurna dalam kedudukannya sebagai manusia abadi. Karena itu
manusiasempurna
adalah manusia baru yang abadi, yang muncul, bertahan, dan abadi.
Bagi Ibn Arabi,
tegaknya alam justru oleh manusia dan alam ini akan tetap
terpelihara selama
manusia sempurna masih ada. Manusia sempurna atau Haqiqat
Muhammad adalah
sumber seluru
h hukum, kenabian,
semua wali, atau individu-individumanusia sempurna (yaitu para sufi yang wali).
Kemudian al-Jili
mempertegas gagasan mengenai Insan Kamil. Menurutnya,
Insan Kamil adalah
Muhammad, karena mempunyai sifat-sifat al-Haq (Tuhan) dan al-Khaliq (makhluk)
sekaligus. Dan sesungguhnya Insan Kamil itu adalah Ruh Muhammad
yang diciptakan
dalam diri nabi-nabi, wali-wali, serta orang-orang soleh. Insna Kamil
merupakan cermin
Tuhan (copy Tuhan) yang diciptkan atas nama-Nya, sebagai refleksi gambaran nama-nama
dan sifat0sifat-Nya. Insan Kamil memiliki dua dimensi yaitu
kanan dan kiri.
Yang kanan merupakan aspek lahir, seperti melihat, mendengar,
berkehendak.
Sedangkan dimensi kirinya bercorak batin dan mutlak, seperti azali, baqa,
awal, dan akhir.Menurut
al-Jili, Insan Kamil adalah dia yang berhadapan dengan Pencipta dan
pada saat yang sama
juga dengan makhluk. Insan Kamil atau manusia sempurna
merupakan quib atau
axis, tempat segala sesuatu berkeliling dari mula hingga akhir. Oleh
karena itu segala
sesuatu menjadi ada, maka dia adalah satu (wahid) untuk selamanya.
Iamemiliki berbagai
bentuk dan ia muncul dalam kana’is atau rupa yang bermacam-macam
. Untuk menghormati
hal yang demikian, maka namanya dipanggil secara berbeda
dan untuk
menghormati selaindaripadanya, maka panggilan nama yang demikiantidak
dipergunakan pada
mereka. Siapakah dia? Nama sebenarnya adalah Muhammad, nama
untuk kehormatannya
adalah Abdul Qosim, dan gelarnya Syamsudin atau Sang Menteri
Agama.Suatu
pengalaman pernah dikemukakanoleh al-Jili, yakni menurutnya: “sekali
waktu saya bertemu
dengan dia dalam wujudnya persis seperti syekh saya, Syarifuddin
Ismail al-Jabarti,
tetapi saya tidak mengetahui bahwa dia (syekh) itu sebenarnya nabi,
padahal saya
mengetahui bahwa dia (nabi) adalah syekh.
Ini adalah satu
penglihatan yang
saya dapati di
Zabit pada tah
un 796 H. Makna
yang hakiki yang terdapat dalam peristiwa
ini adalah bahwsa
nabi memiliki kekuatan untuk menampilkan diri dalam setiap bentuk.
Demikian keadaan
Muhammad. Tetapi manakala ia dalam bentuk lain dan diketahui
bahwa ia Muhammad,
maka akan ia panggil dengan nama sebagaimana yang terdapat
dalam bentuk
tersebut. Nama Muhammad tidaklah bisa diterapkan kepada sesuatu
kecuali kepada ”ide
tentang Muhammad” (al-Haqiqatul Muhammadiyya).
Dengandemikian,
ketika muncul dalam bentuk Syibli, maka Syibli berkata kepada kawannya:
”saksikanlah bahwa
saya adalah utusan Tuhan”, dan orang tersebut sebagai orang yang
telah bersatu
dengan roh Muhammad mengenali Muhammad. Dan ia berkata: ”Saya bersaksi
bahwasannya Anda adalah utusan Tuhan.”
Dari keterangan di
atas nampak bahwa Haqiqat Muhammad atau Nur Muhammad
itu qadim, sebab
dia sebagian dari Ahadiyah. Sebagian dari suatu dan satu. Dia tetap ada,
Haqiqat Muhammad
itulah yang memenuhi tubuh Adam
dan tubuh Muhammad.
Dan
apabila Muhammad
telah mati seluruh tubuh namun Nur Muhammad atau Haqiqat
Muhammad tetap ada
sebab dia sebagian dari Tuhan. Jadi, Allah, Adam, Muhammad
adalah satu. Dan
Insan Kamil-pun adalah Allah jugadan Adam pada hakikatnya. Jadi,menurut al Jili,sebagaimana
dikutip oleh Harun Nasution, manusia sempurna )InsanKamil) itu merupakan copy
(nuskha) Tuhan.Namun demikian menurut keyakinan al-Jili, manusia tidak akan
pernah sampai
kepada
mengidentifikasi bahwa dirinya adalah sepenuhnya Tuhan. Dalam terminologi
kauum sufi,
berpindahnya Tuhan ke dalam manusia sehingga terjadi persatuan antara
hamba dan Tuhan
disebut esensi. Al
-
Jili dan kaum sufi
pada umumnya merumuskan
Tuhan senagai
esensi dan segala sesuatu yang ada dalam jagat raya memiliki unsur esensi
ilahi, sehingga
makhluk manusia sangat dimungkinkan melakukan persatuan atau
pertemuan esensi
dirinya dengan esensi Tuhan.
BEBERAPA TAHAPAN
MENUJU KE TINGKAT INSAN KAMIL
Dengan menerima
gagasan Ibn Arabi tentang kesatuan wujud, al-Jili
mengemukakan bahwa
penampakkan dari Tuhan itu melalui tiga tahap manifestasi
beruntun yangdisebutnya:
”Kesatuan” (Ahadiah), ”Ke-Diaan” (Hiwiyah), dan ”Ke-Akuan” (Aniyah).
Pada tahap Ahadiah,
Tuhan dalam keabsolutannya baru keluar dari al-’ama, kabutke
gelapan, tanpa nama
dan sifat. Pada tahap Huwiyah, nama dan sifat Tuhan telah
muncul, tetapi Ia
masih dalam bentuk potensi. Pada tahap Aniyah, Tuhan menampakkan
diri dengan nama-nama-Nya
dan sifat-sifat-Nya.
Sungguhpun manusia
merupakan penampakkan dari Tuhan yang paling sempurnadiantara semua makhluk-Nya,
namun penampakkan diri Tuhan tidak sama pada semua
manusia. Penampakkan
diri Tuhan yang sempurna hanya terdapat dalam Insan Kamil.
Dan jalan untuk
menuju ke tingkatan Insan Kamil, menurut al-
Jili adalahdengan
pengamalan Islam,
Iman, Shalah, Ihsan, Syahadah, Shiddiqiyah, dan Qurbah. Melalui
beberapa tahapan, yaitu:
Mubtadi, Mutawasit, dan Ma’rifat yang kemudian mencapai
maqam khatam
(penghabisan).Pada tingkat Mubtadi, seseorang sufi disinari oleh nama
-nama Tuhan, pada
sufiyang demikian Tuhan menampakkan diri dalam nama-nama-Nya seperti Pengasih,Penyayang,
dan seterusnya. Pada tingkat Mutawasit, seorang sufi disinari oleh sifat-sifat
Tuhan seperti:
Hayat, Ilmu, Qudrat, dan lain-lain. Pada sufi yang demikian Tuhanmenampakkan
diri dengan sifat-sifat-Nya oleh zat Tuhan. Pada sufi yang demikian Tuhan
menampakkan diri dengan zat-
Nya.Pada tingkatan
ini seorang sufi mencapai maqam khatam, sehingga mencapai atau menjadi
Insan Kamil.Ia
menjadi manusia sempurna, mempunyai sifat ketuhanan dan dalam
dirinya terdapat
bentuk (shurah) Allah. Ia adalah bayangan Tuhan yang sempurna.
Itulah beberapa
gagasan mengenai konsep Insan Kamil menurut al-Jili.Wallahualam bis shawaab.
Borgata Hotel Casino & Spa - Biloxi, MS - JM Hub
BalasHapusThis place 보령 출장마사지 is a 동두천 출장안마 great location for your 문경 출장안마 casino 영천 출장안마 table and dining. If you're looking to wager $200 on one or more table games for $200, we highly recommend 군포 출장샵