Mutiara Makrifat Syekh Abdul Qodir Jailani
13 January 2012, 8:37 am
Syekh Abdul Qodir Jailani, lahir di Jilan pada tahun 470
Hijriyyah. Tahun 478 H pergi dari Jilan ke kota Baghdad untuk belajar Fiqih
Islam Madzab Hambaliyyah serta mengikuti jalan para sufi. Pada tahun 521 H
Syekh Abdul Qodir Jailani menjadi da’i dan mulai terkenal. Sejak itu pula Syekh
Abdul Qodir Jailani berpakaian ulama’ dan tarikatnya mulai meluas ke berbagai
kawasan Islam seperti Yemen, Syria, Mesir, kemudian tersebar sampai ke
India, Turkey, Africa, Asia, Indonesia dan menjadi tarikat yang besar. Tariqat Qodiriyyah sampai sekarang tetap diikuti berjuta-juta orang
di seluruh dunia. Syekh Abdul Qodir Jailani meninggal pada tahun 561 H dan di
makamkan di Baghdad, Iraq. karya-karya Syekh Abdul Qodir Jailani : Tafsir Al Jilani,
al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, Futuhul Ghaib, Al-Fath ar-Rabbani, Jala’
al-Khawathir, Sirr al-Asrar, Asror Al Asror, Malfuzhat, Khamsata “Asyara
Maktuban, Ar Rasael, Ad Diwaan, Sholawat wal Aurod, Yawaqitul Hikam, Jalaa al
khotir, Amrul muhkam, Usul as Sabaa, Mukhtasar ulumuddin
Syekh Abdul Qodir Jailani seorang faqih
yang menguasai ushul fiqh dan fiqh , dan mengaitkan tasawuf dengan al-Qur’an
maupun sunnah Nabi Muhammad. Mengenai hal ini Ibnu Taymiyyah memuji Syekh Abdul
Qodir Jailani, “…. Selama Anda masih memelihara diri
Anda sendiri, maka anda masih terhalang dari Tuhan anda,” dan ucapan lagi, “Tanda cinta kepada akhirat adalah
sikap asketis terhadap terhadap hal-hal duniawi. Dan tanda cinta kepada Allah
adalah ketidak butuhan terhadap hal-hal selain-Nya.”
Mengenai al-Hallaj, Syekh Abdul Qodir
Jailani, ber kata: “Husain al-Hallaj telah keliru.
Akibatnya, pada jamannya tidak ada yang menyambut tangannya.”
Syekh Abdul Qodir Jailani berkata, “Aku
melihat Rasulallah SAW sebelum dzuhur, beliau berkata kepadaku, “anakku,
mengapa engkau tidak berbicara?”. Aku menjawab, “Ayahku, bagaimana aku yang
bukan arab ini berbicara di depan orang-orang fasih dari Baghdad?”. Ia berkata,
“buka mulutmu”. Lalu, beliau meludah 7 kali ke dalam mulutku kemudian berkata,
“bicaralah dan ajak mereka ke jalan Allah dengan hikmah dan peringatan yang
baik”. Setelah itu, aku salat dzuhur dan duduk serta mendapati jumlah yang
sangat luar biasa banyaknya sehingga membuatku gemetar. Kemudian aku melihat
Ali r.a. datang dan berkata, “buka mulutmu”. Ia lalu meludah 6 kali ke dalam
mulutku dan ketika aku bertanya kepadanya mengapa beliau tidak meludah 7 kali
seperti yang dilakukan Rasulallah SAW, beliau menjawab bahwa beliau melakukan
itu karena rasa hormat beliau kepada Rasulallah SAW. Kemudian, aku berkata,
“Pikiran, sang penyelam yang mencari mutiara ma’rifah dengan menyelami laut
hati, mencampakkannya ke pantai dada , dilelang oleh lidah sang calo, kemudian
dibeli dengan permata ketaatan dalam rumah yang diizinkan Allah untuk diangkat”.
Ia kemudian menyitir, “Dan untuk wanita seperti Laila, seorang pria dapat
membunuh dirinya dan menjadikan maut dan siksaan sebagai sesuatu yang manis.”
Dalam beberapa riwayat didapatkan bahwa
Syekh Abdul Qodir Jailani berkata, “Sebuah suara berkata kepadaku saat aku
berada di pengasingan diri, “kembali ke Baghdad dan ceramahilah orang-orang”.
Aku pun ke Baghdad dan menemukan para penduduknya dalam kondisi yang tidak aku
sukai dan karena itulah aku tidak jadi mengikuti mereka”. “Sesungguhnya” kata
suara tersebut, “Mereka akan mendapatkan manfaat dari keberadaan dirimu”. “Apa
hubungan mereka dengan keselamatan agamaku/keyakinanku” tanyaku. “Kembali (ke
Baghdad) dan engkau akan mendapatkan keselamatan agamamu” jawab suara itu.
Suatu ketika, saat Syekh Abdul Qodir
Jailani berceramah Syekh Abdul Qodir Jailani melihat sebuah cahaya terang
benderang mendatangi Syekh Abdul Qodir Jailani. “Apa ini dan ada apa?” tanya
Syekh Abdul Qodir Jailani. “Rasulullah SAW akan datang menemuimu untuk
memberikan selamat” jawab sebuah suara. “Sinar tersebut semakin membesar dan
aku mulai masuk dalam kondisi spiritual yang membuatku setengah sadar. Lalu,
aku melihat Rasulullah SAW di depan mimbar, mengambang di udara dan
memanggilku, “Wahai Abdul Qadir”. Begitu gembiranya aku dengan kedatangan
Rasulullah SAW, aku melangkah naik ke udara menghampirinya. Ia meludah ke dalam
mulutku 7 kali. Kemudian Ali datang dan meludah ke dalam mulutku 3 kali.
“Mengapa engkau tidak melakukan seperti yang dilakukan Rasulallah SAW?” tanyaku
kepadanya. “Sebagai rasa hormatku kepada Rasalullah SAW” jawab beliau.
Rasulullah SAW kemudian memakaikan jubah
kehormatan kepada Syekh Abdul Qodir Jailani. “apa ini?” tanya Syekh Abdul Qodir
Jailani. “Ini” jawab Rasulallah, “adalah jubah kewalianmu dan dikhususkan
kepada orang-orang yang mendapat derajad Qutb dalam jenjang kewalian”. Setelah
itu, Syekh Abdul Qodir Jailani pun tercerahkan dan mulai berceramah.
Syekh Abdul Qodir Jailani mengungkapkan,
“Saat Nabi Khidir As. Datang hendak mengujiku dengan ujian yang diberikan
kepada para wali sebelumku, Allah membukakan rahasianya dan apa yang akan
dikatakannya kepadaku. Aku berkata kepadanya, “Wahai Khidir, apabila engkau
berkata kepadaku, “Engkau tidak akan sabar kepadaku”, aku akan berkata
kepadamu, “Engkau tidak akan sabar kepadaku”. “Wahai Khidir, Engkau termasuk
golongan Israel sedangkan aku termasuk golongan Muhammad, inilah aku dan
engkau. Aku dan engkau seperti sebuah bola dan lapangan, yang ini Muhammad dan
yang ini ar Rahman, ini kuda berpelana, busur terentang dan pedang terhunus.”
Mengenai Tarikat Qodiriyyah, Sheikh ‘Ali
ibn Hiti berkata, ” Tarikatnya adalah tauhid semata,
disertai kehadiran dalam sikap sebagai seorang hamba Tuhan.” sedangkan ‘Addi ibn
Musafir berkata pula, “Tarikarnya adalah kepasrahan
pada alur-alur ketentuan Tuhan denganpersepakatan kalbu dan ruh, penyatuan
batin dan lahir, dan penyucian diri dari tabiat-tabiat jiwa.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar