Tabiat
Kata tab’ atau tabi’at, biasanya
digunakan dalam kaitannya dengan eksistensi tak bernyawa. Dan apabila
dipergunakan pada eksistensi bernyawa maka hal ini dikarenakan adanya
ke-universal-an antara eksistensi bernyawa dengan yang tak bernyawa. Para filsosof
dalam salah satu pembagiannya telah membagi fa’il (pelaku/subyek)
menjadi dua bagian yaitu: fa’il tabi’i (natural) dan fa’il
iradi (mempunyai kehendak).
Fa’il tabi’i adalah eksistensi-eksistensi yang secara natural mempunyai kelayakan efek yang khas dan tertentu. Tetapi, tidak mempunyai kehendak dalam dirinya sendiri untuk melahirkan pengaruh tersebut. Misalnya “es” apabila diperhadapkan dengan “dingin”, maka hal ini termasuk dalam fa’il tabi’i.
Fa’il tabi’i adalah eksistensi-eksistensi yang secara natural mempunyai kelayakan efek yang khas dan tertentu. Tetapi, tidak mempunyai kehendak dalam dirinya sendiri untuk melahirkan pengaruh tersebut. Misalnya “es” apabila diperhadapkan dengan “dingin”, maka hal ini termasuk dalam fa’il tabi’i.
Dalam kaitannya dengan manusia: “sexsual desire
(hasrat seksual)” misalnya; merupakan sebuah hal yang wajar, dan secara alami
bagi manusia mamiliki kelayakan atasnya”. Bahwa manusia tidak mempunyai
kemampuan sendiri untuk memunculkan keberadaan atau ketiadaan hasrat seksualnya,
meskipun dia mempunyai kekuasaan dalam mempergunakan dan memanfaatkannya.
Naluri
Kata ini lebih banyak dipergunakan dalam kaitannya
dengan hewan selain manusia, dan sama sekali tidak dipergunakan pada in-organik
dan tumbuhan. Tetapi kadangkala dipergunakan pula pada manusia. Meskipun
hingga sekarang belum jelas substansinya. Tetapi secara global biasanya yang
dimaksud dengan instink (biasa pula diistilahkan dengan gharizah dan
naluri) adalah sebuah keadaan setengah sadar yang ditemukan pada binatang,
yang dipergunakan untuk menuntun mereka dalam menjalani kehidupan.
Misalnya lebah yang membuat rumah dengan konstruksi dan arsitektur yang detail
dan cermat, cara anak binatang menyusu dari induknya dan hal-hal semacamnya, dinamakan
instink.
Fitrah
Kata ini sangat jarang dipergunakan pada selain
manusia. Aspek-aspek fitri ini, merupakan aspek yang berhadapan dengan instink
dan jiwa manusia. Dan posisinya berada dalam esensi manusia. Instink dan
fitrah, keduanya biasa dipergunakan pada manusia. Hanya saja, instink
dipergunakan dalam batasan materi dan hewani. Sedangkan fitrah, dipergunakan
pada masalah-masalah trans-hewani, hasrat, serta keinginan-keinginan yang lebih
tinggi dan lebih suci. Persamaan antara fitrah, instink dan tabi’at
adalah ketiganya merupakan masalah takwini yang berbaur dengan
penciptaan eksistensi. Perbedaannya adalah tabi’at lebih luas dari
lainnya apabila dilihat dari obyek penggunaannya. Karena instink dan fitrah
sama sekali tidak bisa dipergunakan dalam in-organik dan tumbuhan. Sedangkan tabi’at
tidak demikian. Dapat dikatakan bahwa kekhususan instink terletak pada
penggunannya yang berada pada batasan dimensi kehidupan materi hewan. Sedangkan
fitrah, dipergunakan khusus pada manusia dengan dimensi-dimensi
kehidupan mukaddas dan kemuliaannya.
Surga Makalah®
*Dikutip dari berbagai sumber
Surga Makalah®
*Dikutip dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar