Total Tayangan Halaman

Jumat, 30 Mei 2014

BUKTI KEBESARAN ALLAH PADA TULANG EKOR (SULBI)

BUKTI KEBESARAN ALLAH PADA TULANG EKOR (SULBI)
Oleh Dian Rahman pada 7 September 2012 pukul 19:14
Ketika kita wafat, maka kita akan dikebumikan dan setelah beberapa tahun tubuh kita akan menjadi tulang-belulang. Beberapa tahun kemudian tulang-belulang itupun akan hancur dan berubah menjadi semacam biji, dan di dalam biji tersebut, kita akan menemukan satu tulang yang sangat kecil disebut 'ajbudz dzanab (tulang ekor). Dari tulang inilah kita akan dibangkitkan oleh Allah azza wa jalla pada hari kiamat.

"Tiada bagian dari tubuh manusia kecuali akan hancur (dimakan tanah) kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor, darinya manusia dirakit kembali pada hari kiamat." (HR. Al Bukhari, Nomor 4935)

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Seluruh bagian tubuh anak Adam akan (hancur) dimakan tanah kecuali tulang ekor ('ajbudz dzanab), darinya tubuh diciptakan dan dengannya dirakit kembali." (Imam Muslim, Nomor 2955)

Belasan abad lamanya, hadits tersebut menjadi hal yang gaib yang tidak mungkin bisa dijelaskan dengan logika. Seiring berjalannya waktu beberapa penelitian ilmiah mampu menjelaskan kebenaran hadits tersebut dikemudian hari.

Seiring kemajuan tekhnologi, fungsi organ tersebut kian terkuak. Tulang ekor menyangga tulang-tulang di sekitar panggul dan merupakan titik pertemuan dari beberapa otot kecil. Tanpa tulang ini, manusia tidak akan bisa duduk nyaman.

Seorang Ilmuwan Jerman, Han Spemann, berhasil mendapatkan hadiah nobel bidang kedokteran pada tahun 1935. Dalam penelitiannya ia dapat membuktikan bahwa asal mula kehidupan adalah tulang ekor. Darinyalah makhluk hidup bermula. Dalam penelitiannya ia memotong tulang ekor dari sejumlah hewan melata, lalu mengimplantasikan ke dalam embrio Organizer atau pengorganisir pertama.

Pada saat sperma membuahi ovum (sel telur), maka pembentukan janin dimulai. Ketika ovum telah terbuahi (zigot), ia terbelah menjadi dua sel dan terus berkembang biak. Sehingga terbentuklah embryonic disk (lempengan embrio) yang memiliki dua lapisan.

Lapisan pertama, External Epiblast yang terdiri dari cytotrophoblasts, berfungsi menyuplai makanan embrio pada dinding uterus, dan menyalurkan nutrisi dari darah dan cairan kelenjar pada dinding uterus.

Sedangkan lapisan kedua, Internal Hypoblast yang telah ada sejak pembentukan janin pertama kalinya. Pada hari ke-15, lapisan sederhana muncul pada bagian belakang embrio dengan bagian belakang yang disebut primitive node (GUMPALAN SEDERHANA).

Dari sinilah beberapa unsur dan jaringan, seperti ectoderm, mesoderm, dan endoderm terbentuk.- Ectoderm, membentuk kulit dan sistem syaraf pusat.- Mesoderm, membentuk otot halus sistim digestive (pencernaan), otot skeletal (kerangka), sistem sirkulasi, jantung, tulang pada bagian kelamin, dan sistem urine (selain kandung kemih), jaringan subcutaneous, sistem limpa dan kulit luar.- Sedangkan, Endoderm, membentuk lapisan pada sistim digestive, sistem pernafasan, organ-organ yang berhubungan dengan sistem digestive (seperti hati dan pancreas), kandung kemih, kelenjar thyroid (gondok), dan saluran pendengaran. Gumpalan sederhana inilah yang mereka sebut sebagai TULANG EKOR.

Pada penelitian lain, Han mencoba menghancurkan tulang ekor tersebut. Ia menumbuknya dan merebusnya dengan suhu panas yang tinggi dan dalam waktu yang lama. Setelah menjadi serpihan halus, ia mencoba mengimplantasikan bubuk tulang itu pada janin lain yang masih dalam tahap permulaan embrio. Hasilnya, tulang ekor itu tetap tumbuh dan membentuk janin sekunder pada guest body (organ tamu). Meskipun telah ditumbuk dan dipanaskan sedemikian rupa, tulang ini tidak 'hancur'.

Dr. Othman Al-Djilani dan Syaikh Abdul Majid juga melakukan penelitian serupa. Pada bulan Ramadhan 1423 H, mereka berdua memanggang tulang ekor dengan suhu tinggi selama sepuluh menit. Tulang pun berubah, menjadi hitam pekat. Kemudian, keduanya membawa tulang itu ke Al-Olaki Laboratory, Sana'a, Yaman, untuk dianalisis.
Setelah diteliti oleh Dr. Al-Olaki, pfofesor bidang histology dan pathologi di Sana’a University, ditemukanlah bahwa sel-sel pada jaringan tulang ekor tidak terpengaruh. Bahkan sel-sel itu dapat bertahan walau dilakukan pembakaran lebih lama!

Dari sinilah, balasan pada hari kiamat kelak tidak akan pernah tertukar. Dari tulang ekor inilah, manusia akan kembali dicipta, dan mereka akan diberi balasan sesuai dengan kadar amal-amal mereka.




FIKIRKANLAH OLEHMU SIFAT ALLAH DAN JANGAN KAMU MEMIKIRKAN AKAN DZAT-NYA.

" FIKIRKANLAH OLEHMU SIFAT ALLAH DAN JANGAN KAMU MEMIKIRKAN AKAN DZAT-NYA.
ALLAH MELIPUTI SEGALA SESUATU "
[Al-Fushilat : 54]
”Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia [yang berhak disembah], yang menegakkan keadilan.
Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian.Tak ada Tuhan melainkan Dia [yang berhak
disembah] Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Ali-Imran:18]
"Wa kawa ‘Idul Imani, wajibul wajib"
Semua umat Allah wajib marifat, harus tahu kepada iman sejati, iman yang satu yaitu kepada DZAT MAHA SUCI.
SIFAT Laisa kamishlihi syaiun adalah JAUHAR AWWAL RASULULLAH, TANDA KENYATAAN ADANYA DZAT. JAUHAR AWWAL RASULULLAH isinya adalah RUH ILMU RASULULLAH, yang Awal Akhir di ciptakan oleh Allah.
Ainal yakin dengan Ilmu, supaya bisa pulang, pulang kembali kepada Dzat, hakikatnya manusia berasal dari Dzat, akan tetapi manusia tidak perlu tahu kepada Dzat, tetapi carilah utusan Dzat, yang disebut Jauhar Awwal Rasulullah, inilah jalan pulang yang sempurna.
“Illa anna awalla’nafsah fardhu ‘ain”
Pertama hal ibadah adalah tahu kepada sejatinya hidup, sifat hidup harus di dapat, diri yang mana yang harus di cari? Apakah jasmani yang terlihat? Yang harus dicari adalah badan Ruhani atau Jiwa. Sejatinya syahadat adalah bibit segala rupa yaitu Jauhar Awwal [Ruh Ilmu Rasulullah]
Samudra Ilmu dan Kehidupan.
“Ru’yatullahi Ta’ala fi dunya bi’ainil qolbi”
Melihat Hakikat Allah Ta’ala di Dunia oleh mata Baathin. Bila Qolbu manusia sudah dianugrahi Sifat Nur Ilmu Rasulullah,Qolbunya bisa dipakai untuk tempatmelihat kepada Allah Ta’ala melalui mata Baathin karena sudah diberitahu oleh Sifat Nur Ilmu Rasulullah, sehingga bisa merasakan ni’mat dari Dunia sampai di Akhirat, sudah tidak merasakan berpisah dengan Sifat Nur Ilmu Rasulullah, lantaran wujud itu. Siang dan malam Qolbu ditempati oleh Sifat Nur Ilmu Rasulullah untuk melihat Allah Ta’ala, melalui jalan Syariat, Tharekat, Hakikat dan Ma’rifat, Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih, Ushul Fiqih dan Ilmu Tasawuf.
“Ru’yatullohi Ta’ala bil akhiroti bi'ainil arsi”
Melihat Allah di Akhirat, tentu sama mata, tidak salah lagi, sebab sudah bersatu seperti gula dan manisnya. Wajib hukumnya mencari tahu diri, diri yang sejati, diri manusia, sebenar-benarnya
diri. 
Adapun yg disebut Cahaya empat rupa adalah ;
NARUN [Merah]
HAWAUN [Kuning]
MA'UN [Putih]
TUROBUN [Hitam]
yaitu badan ruhani [jiwa], inilah yang harus ketemu, jasmani harus hilang, tapi jangan hilang tanpa sebab, hilangnya harus terganti oleh cahaya empat rupa [Sifat Nur
Ilmu Rasulullah] hilangnya badan jasmani,harus terganti oleh badan ruhani.
Demikian,salam.

ZIKIR MAKRIFAT PARA AHLI TAREKAT

ZIKIR MAKRIFAT PARA AHLI TAREKAT
Bagaimana cara berdzikir kepada Allah SWT sehingga kita siap untuk bertemu dengan-NYA?
Dzikir adalah sebuah aktivitas yang kaya akan aspek esoteris. Ia adalah bagian laku yang harus ada dalam sebuah perjalanan suluk menempuh jalan ruhani untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Semesta Alam. Dalam prakteknya, berdzikir harus mengikuti aturan-aturan dan adab tertentu sesuai dengan cara yang dituntunkan oleh para guru spiritual sepanjang masa.
Pada kesempatan kali ini, akan dipaparkan adab berzikir dan tata cara zikir dengan harapan agar kita mendapatkan pengetahuan bagaimana berdzikir yang khusyuk agar kita bisa bertemu Allah SWT.
1. Membaca lafaz LA ILAHA ILLA ALLAH. Artinya: Tiada Tuhan selain Allah. Zikir ini disebut zikir NAFI ISBAT. Paling tidak dibaca 100 kali setiap hari terutama dibaca setelah sholat fardhu. Khususnya setelah Maghrib, Isya dan setelah sholat subuh. Lafaz ILLA ALLAH ini disebut Isbat yang artinya pengecualian atas segala sesembahan kecuali hanya Allah SWT.
2. Membaca lafaz ALLAHU. Zikir ini disebut ISMU AL-ASMA, dibaca sebanyak 33 kali sehabis sholat fardhu, terutama setelah sholat Isya.
3. Membaca lafaz zikir HUWA ALLAH. Zikir inilah yang disebut sebagai zikir GHAIB AL ISMI. Zikir ini dibaca setiap hari sebanyak 33 kali, setelah sholat fardhu, terutama setelah sholat Isya.
4. Membaca zikir HUWA, HUWA. Zikir ini disebut sebagai zikir GHAIB AL GHAIB. Zikir ini dibaca sebanyak 34 kali setelah sholat fardhu, sehingga jumlahnya (total item 2,3,4) sebanyak 100 kali.
Adapun gerakan dalam melafazkan zikir NAFI ISBAT tersebut haruslah mengikuti aturan sebagai berikut:
1. Ketika membaca lafaz LA, maka dengan gerakan kepala, lafaz LA tersebut dimulai dari bahu kiri menuju ke bawah ke arah perut, kemudian diputarkan mengelilingi tali pusat lalu diteruskan ke arah atas menuju bahu kanan;
2. Pada waktu berada di bahu kanan itulah lafaz ILAHA diucapan sambil kepalanya dimiringkan ke arah belikat kanannya;
3. Sambil kepala ditekan ke arah hati sanubarinya, lafaz ILA ALLAH diucapkan dengan penekanan pada sudut kiri bawah dada.
TIGA TAHAP BERDZIKIR
Ada tiga tahap adab berdzikir. Pertama, ada lima perkara sebelum berdzikir. Kedua, dua belas perkara pada saat mengerjakan zikir dan ketiga, ada tiga perkara setelah berdzikir.
Lima perkara yang harus dilakukan sebelum berdzikir adalah sebagai berikut:
1. Bertaubat kepada Allah SWT
2. Mandi atau mengambil air wudhu
3. Diam sambil mengkonsentrasikan diri pada zikir dengan mengikhlaskan hati sebelum berdzikir
4. Hatinya meminta tolong ( bertawasul) kepada para wali-wali Allah
5. Hatinya meminta tolong ( bertawasul) kepada Nabi Muhammad SAW
Sedangkan dua belas perkara saat berzikir adalah sebagaoi berikut:
1. Duduk bersila di tempat yang suci
2. Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha
3. Membuat bau harum di tempat zikir
4. Memakai pakaian yang halal dan pakai wangi-wangian
5. Pilih tempat yang tenang dan sunyi
6. Pejamkan mata
7. Bayangkan wajah wali Allah di antara kedua mata agak maju ke depan
8. Tetap istiqomah baik dalam keadaan ada orang maupun sepi
9. Tulus ikhlas hatinya saat berdzikir
10. Dzikir utama adalah LA ILAHA ILLA ALLAH
11. Berusaha menghadirkan ALLAH SWT dalam setiap mengucapkan dzikir LA ILAHA ILLA ALLAH
12. Meniadakan wujud lain selain Allah.
Sedangkan tiga macam adab lainnya setelah selesai berdzikir adalah:
1. Diam sejenak sesaat setelah usai melakukan dzikir dan tetap diam di tempat
2. Mengatur dan mengembalikan nafas seperti semula
3. Menahan diri untuk minum air
Sangat dianjurkan untuk melakukan pemutihan diri dari semua amalan negatif sebelum menjalankan ritual dzikir. Caranya adalah menjalankan PUASA selama 7 hari. Usai menjalankan puasa baru kemudian menjalankan amalan zikir rutin. Bagi para pejalan spiritual yang ingin lebih mendalami laku suluknya, maka disarankan untuk melakukan dzikir dengan cara:
1. BERTAPA (Uzlah). Ini adalah syarat agar laku suluk kita semakin bagus. Uzlah adalah mengasingkan diri untuk sementara waktu dari keramaian dan dari pergaulan sehari-hari. Ini biasa dilakukan oleh murid-murid tarekat di masa silam. Bila anda berkesempatan untuk uzlah, silahkan pergi ke gunung atau hutan dan carilah sebuah gua. Siapkan bekal makan dan minum yang cukup untuk sekian lama Anda inginkan. Pedoman selesainya uzlah adalah KEMANTAPAN HATI setelah bertemu dengan apa yang dicari. Namun kini, uzlah dianggap terlalu berat sehingga sebagai penggantinya adalah menjauhkan diri dari segala bentuk perbuatan maksiyat dan terlarang syariat.
2. NGAWULO (Mengabdi). Mengabdi pada “sang guru” selama berbulan-bulan atau mungkin juga hingga bertahun-tahun. Dalam konteks sekarang, cukup kita mengabdi kepada instruksi-instruksi yang diyakini benar dan tawadhu’ (merendahkan diri) untuk tidak mengaku dirinya paling benar dibanding diri yang lain.
3. AMAL SHOLDAQOH. Mengadakan amal shodaqoh dan infaq sesuai dengan kemampuan. Ini sebuah bentuk pengorbanan dan kerelaan melepaskan apa yang dimiliki karena sesungguhnya kita hakekatnya tidak memiliki apa-apa. Hanya DIA yang Maha Memiliki.
Dalam keadaan bersih lahir batin dan untuk sementara mengosongkan diri dari pengaruh duniawi itulah kita menghadap Sang Khalik Yang Maha Suci. Saat bersuluk ini, kita diharapkan untuk selalu menjauhi pikiran kotor dan suci dari batin yang penuh prasangka negatif (suudzon) dan menggantinya dengan prasangka baik (husnudzan) kepada Allah dan kita yakin bahwa hanya DIA-lah sebaik-baiknya tempat bergantung. HASBUNA ALLAH WA NI’MAL WAKIL, NI’MAL MAULA WA NI’MA N-NASIR (Cukuplah Allah sebagai tempat bersandar bagi kami dan Dialah tempat memohon pertolongan manusia).
Apa yang akan terjadi bila kita sudah melengkapi laku suluk mulai Dzikir dan Uzlah secara lengkap? Silahkan ditunggu kejadian-kejadian gaib luar biasa yang akan merubah hidup Anda selamanya. Salam.
ILMU TAUHID
Kita bergantung kepada Allah secara mutlak tanpa ada sedikitpun rasa syak wasangka dan was-was terhadap Allah
Artinya : Kita bertauhid kepada Zat, Pada Sifat, Pada Asma’ dan pada Af’al Allah Semata
Tauhid pada Zat ialah :
Kita mutlak yakin bahwa zat Allah lah yang memerintah alam maya ini (dunia dan isinya) dan tidak menyekutukan- Nya dengan yang lain
Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan. (Ali-Imran : 109)
Tauhid pada Sifat ialah :
Kita bergantung sepenuhnya pada Allah. Manusia tidak berhak atas segala sesuatu kecuali dengan izin Allah
Artinya : kita menafikan diri jahir kita dan mengisbatkan diri kita hanya kepada Allah semata
Tauhid pada Asma’ ialah :
Kita memandang bahwa setiap yang ada dan wujud kita adalah membawa nama Allah dimanapun kita berada disitu ada Allah.
Tauhid pada Af’al ialah :
Kelakuan kita adalah kelakuan Allah SWT semata.
Artinya : kita menafikan kelakuan diri jahir kita dengan mengisbatkan diri bathin kita itu ialah kelakuan zat Allah semata.
1. Suhudul Kasra fil wahda
Artinya : saksikanlah pada yang banyak itu, kepada yang satu
2. Suhudul wahda fil Kasra
Artinya : saksikanlah pada yang satu itu, kepada yang banyak
Ma’rifatullah ialah Mengenal Allah SWT. Pada Zat-Nya, pada Sifat-Nya, pada Asma’-Nya dan pada Af’al-Nya.
1.AWALUDIN MA’RIFATULLAH
AWAL AGAMA MENGENAL ALLAH
2.LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFATULLAH
TIDAK SYAH SHOLAT TANPA MENGENAL ALLAH
3.MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU
BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA DIA AKAN MENGENAL TUHANNYA
4.ALASTUBIRAFBIKUM QOLU BALA SYAHIDENA
BUKANKAH AKU INI TUHANMU ? BETUL ENGKAU TUHAN KAMI, KAMI MENJADI SAKSI (Q.S AL-‘ARAF 172)
5.AL INSAANU SIRRI WA ANNA SIRRUHU
MANUSIA ITU RAHASIAKU DAN AKULAH RAHASIANYA
6.WAFI AMFUSIKUM AFALA TUB SIRUUN
AKU ADA DI DALAM JIWAMU MENGAPA KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN
7.WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ
AKU LEBIH DEKAT DARI URAT NADI LEHERMU
8.LAA TAK BUDU RABBANA LAM YARAH
AKU TIDAK AKAN MENYEMBAH ALLAH BILA AKU TIDAK MELIHATNYA LEBIH DAHULU
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH
Pada alam Raibul Ruyub yaitu dalam keadaan antah berantah pada zat semata-mata yaitu pada belum ada awal dan belum ada akhir, belum ada bulan, belum ada matahari, belum ada bintang belum ada sesuatu. Malahan belum ada tuhan yang bernama Allah, maka dalam keadaan ini, diri yang empunya zat tersebut ialah mentajalikan diri-Nya untuk memuji diri-Nya
Lantas ditajali-Nya-lah Nur Allah dan kemudian ditajali-Nya pula Nur Muhammad yaitu insan kamil, yang pada peringkat ini dinamakan anta ana, ana anta. Maka yang empunya zat bertanya kepada Nur Muhammad dan sekalian roh untuk menentukan kedudukan dan taraf hamba.Lantas ditanyakannya kepada Nur Muhammad, apakah Aku ini Tuhanmu? Maka menjawablah Nur Muhammad yang mewakili seluruh roh, ya Engkau Tuhanku. Persaksian ini dengan jelas diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-‘Araf 172.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,
Selepas pengakuan atau persumpahan Roh ini dilaksanakan maka bermulalah era baru di dalam perwujudan Allah SWT. Seperti firman Allah dalam hadits qudsi yang artinya : “Aku suka mengenal diriku, lalu aku jadikan makhluk ini dan perkenalkan diriku kepada mereka lalu merekapun mengenal diriku.
Apa yang dimaksud dengan makhluk ini ialah : Nur Muhammad sebab seluruh kejadian alam maya ini dijadikan dari pada Nur Muhammad. Tuhan yang empunya zat mentajalikan Nur Muhammad adalah untuk memperkenalkan diri-Nya sendiri dengan diri Rahasianya sendiri, maka diri rahasianya itu adalah ditanggung dan diakui amanahnya oleh suatu kejadian yang bernama : Insan yang bertubuh diri bathin (Roh) dan diri bathin itulah diri manusia atau rohani.
Firman Allah dalam hadits qudsi : Al-Insaanu Sirri wa Ana Sirruhu
Artinya : Manusia itu adalah Rahasiku dan akulah yang menjadi rahasianya.
Jadi yang dinamakan manusia itu ialah : karena Ia mengandung Rahasia
Dengan perkataan lain manusia itu menanggung Rahasia Allah maka manusia harus berusaha mengenal dirinya manusia akan dapat mengenal Tuhan-Nya, sehingga lebih mudah kembali menyerahkan dirinya kepada yang empunya diri pada waktu dipanggil oleh Allah SWT. Yaitu Tatkala berpisah Roh dengan jasad.
Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 58 sbb:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Hal tersebut di atas dipertegas lagi oleh Allah dalam hadits qudsi : Man arafa nafsahu, paqat arafa rabbahu.
Artinya : barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya
Dalam menawarkan tugas yang sangat berat ini, pernah ditawarkan rahasia-Nya itu kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi semuanya tidak sanggup menerimanya.
Seperti firman Allah SWT. Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 72.
Inna ‘araf nal amanata, alas samawati wal ardi wal jibal fa abaina anyah milnaha wa as fakna minha, wahama lahal insannu.
Artinya : sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung tapi mereka enggan memikulnya dan mereasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya.
Oleh karena amanat (rahasia Allah) telah diterima, maka adalah menjadi tanggung jawab manusia untuk menunaikan janjinya. Dengan kata lain tugas manusia adalah menjaga hubungannya dengan yang empunya Rahasia
Setelah amanat (Rahasia Allah) diterima oleh manusia (diri bathin/Roh) untuk tujuan inilah maka Adam dilahirkan untuk memperbanyak diri, diri penanggung rahasia dan berkembang dari satu dekade ke satu dekade, dari satu generasi ke generasi yang lain sampai alam ini mengalami kiamat dan rahasia dikumpulkan kembali.
Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun. Artinya : kita berasal dari Allah , kembali kepada Allah.
Ilmu Qalam ialah ilmu yang paling rendah tingkatannya yaitu Dunia. Namun demikian dengan ilmu ini manusia sudah sampai pergi ke bulan.
Ilmu ghaib ialah ilmu yang diterima manusia melalui jalan laduni yaitu dengan petunjuk guru ghaib yang mursyid. Melalui 5 cara :
1.Nur yaitu petunjuk ghaib yang diterima melalui mimpi-mimpi yang bisa diterjemahkan oleh guru ghaib.
2.Tajali yaitu ilmu ghaib yang diterima melalui penjelmaan buah pikiran dari pada perasaan zuk semasa mereka menjalani latihan tarekat tasauf, sehingga muncul dari akalnya suatu pengetahuan baru yang tidak pernah diketahui sebelumnya.
Misalnya : terbacalah olehnya sepotong do’a sedangkan do’a tersebut belum pernah di bacanya atau diketahuinya.
1.Cara Sir ialah : suatu jalan penyampaian ilmu ghaib secara rahasia, ia hanya dapat dirasakan dan didengar oleh seseorang itu secara mutlak dimana seseorang itu akan mendengar suatu suara yang datang kepadanya. Suara tersebut akan memberi tahu sesuatu dan mengajarkan ilmu ghaib dengan terang dan jelas berupa bisikan dan disertai dengan satu kelejatan yang sulit untuk diceritakan
2.Cara Sirusir ialah suatu cara penyampaian ilmu dengan cara rahasia . seseorang yang menerima ilmu ghaib dengan cara ini mereka dapat melihat dengan mata basir dan mendengar dengan telinga bathin.
3.Cara Tawasul ialah penjelmaan seorang guru atau wali-wali Allah yang Ghaib dan mereka menjelma untuk bertemu dengan orang-orang tertentu yang sedang menjalankan ilmu tasauf, mereka ketemu dalam keadaan nyata (hidup) bukan dalam mimpi, dia datang sama seperti kedatangan tamu biasa atau kawan kita. Kadang-kadang penjelmaan mereka bisa dilihat oleh orang ramai, bila kebetulan penjelmaan itu terdapat banyak orang.
Perlu diingat kedatangan mereka merupakan suatu penghormatan yang besar kepada Ahli tasauf atau murid yang sedang mendalami ilmu tasauf. Bagi mereka yang dapat menguasai dan mengalami sendiri ilmu ini maka sudah pasti mereka dapat menjelajahi seluruh alam maya.
Mereka diberi peluang untuk menjelajahi alam lain termasuk alam barzah, syurga dan neraka, arash dan qursyi Allah SWT,. Bagi mereka yang sudah sampai keperingkat ini jiwanya akan tenang disamping tuhannya, semasa hidupnya didunia ini dan juga dalam akhirat nanti, mereka adalah termasuk dikalangan manusia yang baik dan beruntung.
Ilmu Syahadah ialah merupakan Martabat ilmu yang tertinggi, karena ilmu ini Tuhan sendiri yang akan mengajarkan kepada manusia
Manusia diajarkan untuk mengenali dirinya (jasmani) dan diri bathinnya (rohani). Hanya orang yang mempunyai maratabat tinggi disisi Allah yang dapat menguasai ilmu ini. Ilmu ini. Ilmu ini sangat luar biasa karena hanya dimiliki oleh para rasul, Nabi dan wali-wali Allah yang teragung. Maka beruntunglah manusia yang termasuk wali-wali Allah.
……..Man Arafa Nafsahu, Fakat Arafa Rabbahu……(“Barang Siapa Mengenal Dirinya Maka IA akan Mengenal Tuhan-nya”)
Nyawa :
1.Nafas ; Berada dimulut yaitu keadaan keluar masuk dari pada tubuh manusia
2.Ampas ; Berada dihidung yaitu keadaan keluar masuk dari pada tubuh manusia
3.Tanapas ; Berada ditengah-tengah antara telinga kanan dan telinga kiri
4.Nupus ; Berada dijantung yaitu keadaan kedalam jua, tidak keluar tidak kekanan, maupun kekiri, keatas maupun kebawah, kehadapan maupun kebelakang, yaitu Alif pada insan yang meliputi sekalian tubuh manusia.
Hidup Nafas Karena Ampas
Hidup Ampas Karena Tanapas
Hidup Tanapas Karena Nupus
Hidup Nupus Dengan Rahasia Dan Rahasia Itu Adalah Diri Rahasia Allah SWT, Yaitu Diri Bathin Manusia
orang yang sakti belum tentu dekat dengan allah,tapi orang yang dekat dengan allah pasti sakti. orang cerdas memiliki rencana jangka panjang maupun jangka pendek rencana jangka pendek : memiliki ilmu gaib agar nyaman dan aman beribadah kepada allah selama hidup didunia rencana jangka panjang : memiliki amal ibadah yang banyak dan berbobot tuk bekal bertemu allah dan kengerian hari kiamat.(pangeran pengasih- KWA ).
Diposkan oleh Yudibase di 20.58 


Termonologi Syari'at Thariqat dan Hakikat sangat kental dalam tradisi Tasawuf.

Termonologi Syari'at Thariqat dan Hakikat sangat kental dalam tradisi Tasawuf.

Al-Qusyairy menuebutkan, misalnya, bahwa Syariat itu adalah disiplin ubudiyah, sedangkan Hakikat adalah penyaksian Rububiyah.

Setiap Syariat yang tidak dikokohkan oleh Hakikat, tidak bisa diterima.
Sebaliknya Hakikat yang tidak didukung Syariat, juga tidak akan berhasil.

Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq, guru al-Qusairy menjelaskan, 
"Syariat adalah : IyyaKa Na'budu" sedangkan Hakikat adalah : "IyyaaKa Nasta'in"

Syariat itu sendiri adalah Hakikat jika dilihat bahwa Syariat adalah suatu keharusan menjalankan perintah-perintah-Nya, begitu juga, Hakikat itu adalah Syariat dari segi ma'rifat-ma'rifat kepadaNya, karena perintahNya itu sendiri.

Dalam penjelasan salah satu wacana pertama dari Al-Hikam, yang menjadi panduan gerakan Thariqat Syadziliyah, Ahmad bin Muhammad Ajibah al-Hasany mengatakan, bahwa amal itu terbagi menjadi tiga:

1. Amal Islam
2. Amal lman
3. Amal lhsan

Atau :

1. Amal lbadah
2. Amal Ubudiyah
3. Amal Abudah

Atau :

1. Amal ahli bidayah
2. Amal ahli wasath
3. Amal ahli nihayah

Atau :

Syari'at itu, hendaknya engkau menyembahNya,

Thariqhat hendaknya engkau menuju kepadaNya.

Hakikat hendaknya engkau menyaksikanNya.

Syariat itu untuk mendidik aspek-aspek lahiriyah, Thariqat itu untuk memperbaiki hal-hal bathiniyah, sedangkan Hakikat itu untuk memperbaiki rahasia-rahasia batiniyah.

Mendidik aspek-aspek lahiriyah melalui tiga hal : Taubat, Taqwa, dan lstiqomah. Mendidik hati melalui tiga hal pula : lkhlas, Jujur, Thuma'ninah.
Sedangkan mendidik rahasia batin melalui tiga hal pula : Muroqobah, Musyahadah, dan Ma'rifat.

Dari segi amaliyah disini, adalah amaliyah yang mengupayakan penyucian raga, jiwa dan arwah.

Sementara pengetahuan ke Ma'rifatan sebagai buah dari penjernihan dan penyucian tersebut. Apabila rahasia -rahasia batin telah bersih dan suci, akan dipenuhi dengan pengetahuan dan ke Ma'rifatan, serta cahaya-cahaya.

Jadi pendekatan epistemologi Sufistik menurut Thariqat Sadziliyah amsl perbuatan hamba Allah itu bukan karena ilmu pengetahuan.
Tetapi ilmu pengetahuan itu justru sebagai akibat dan buah dari amaliyah hamba Allah itu sendiri,

Wallahu A'lam

TENTANG NAFSU

TENTANG NAFSU
Perang melawan hawa nafsu bagi para salik adalah perang yang abadi. Maka mesti mengetahui pembagian-pembagian hawa nafsu:
1. Nafsu yang bersumber dari ruh nabatiah (tetumbuhan)
2. Nafsu yang bersumber dari ruh hewaniah (binatang)
3. Nafsu yang bersumber dari ruh insaniah (manusia)
1. Nafsu yang bersumber dari ruh nabatiah akan menghasilkan dorongan untuk makan dan minum (lawwamah). Nafsu ini berfungsi untuk menjaga kelangsungan kehidupan tubuh. agar dengan makan dan minum tubuh masih tetap lestari. Namun bilamana dikuasai nafsu ini akan menimbulkan kecendrungan seseorang utk suka makan enak2 saja dan tidak mau berlapar2 puasa dsb. Maka kepekaan ruhani akan tumpul bilamana dikuasai nafsu ini.
2. Nafsu yang bersumber dari ruh hewaniah akan menghasilkan nafsu syahwat (sexual), amarah, angkara murka, dominasi terhadap sesuatu/ingin menguasai, tidak mau berbagi, kebrutalan.
3. nafsu yang bersumber dari ruh insaniah akan menghasilkan rasa memiliki (posesif), keakuan (ego), kesukaan bercermin dan menghias diri, ingin dipandang/dihormati org lain, sombong, suka menipu, suka berbohong, merasa lebih dari org lain.
Hawa nafsu itulah musuh abadi yang mesti mampu dikalahkan dengan latihan-latihan. Diantaranya dengan memperbanyak PUASA dan tirakat. Puasa yang dimaksud bukan sekedar menahan lapar dan syahwat, tetapi menahan semua nafsu2 yang ada. Sebab puasa yang sesungguhnya adalah PUSATNYA RASA.

Tundukkan akal pikiran
29 Januari 2012 oleh mutiarazuhud
Pahamilah firmanNya dengan menundukkan akal pikiran kepada akal qalbu

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”. (HR. Ahmad)
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” (Hadits riwayat Ath-Thabarani)
Akal pikiran adalah hasil kerja otak dan memori. Otak adalah pemroses hasil atau keluaran dari panca indera.  Pemahaman dengan akal pikiran adalah pemahaman secara logika atau pemahaman secara ilmiah. Pemahaman dengan akal pikiran semata yang dikatakan sebagai akal pikiran mendahului firmanNya atau upaya pembenaran atau disebut juga dengan berdalih.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah melarang kita memahami firmanNya bersandarkan kepada akal pikiran semata atau pemahaman secara ilmiah semata namun pergunakanlah akal qalbu untuk memahami firmanNya atau pemahaman secara hikmah. Pemahaman secara hikmah yang dikatakan sebagai akal pikiran mengikuti firmanNya atau upaya mengikuti kebenaran atau disebut juga dengan berdalil
Firman Allah ta’ala,
afalam yasiiruu fii al-ardhi fatakuuna lahum quluubun ya’qiluuna bihaa aw aatsaanun yasma’uuna bihaa fa-innahaa laa ta’maa al-abshaaru walaakin ta’maa alquluubu allatii fii alshshuduuri
maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar. Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada” (QS Al Hajj [22]:46 )
Akal qalbu adalah raja atau hakim atau penguasa dari akal pikiran.
Akal qalbu yang dapat memilih atau memahami mana yang haq dan mana yang bathil berdasarkan ilham atau petunjuk atau karunia atau cahaya dari Allah Azza wa Jalla
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” (pilihan haq atau bathil) (QS Al Balad [90]:10 )
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya“. (QS As Syams [91]:8 )
Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” ( QS An Nuur [24]:35  )
Seorang anak kecil yang belum baligh , mereka tidak dikatakan berakal walaupun mereka sudah dapat menggunakan logika/rasio/otak nya
Tidak dikenakan kewajiban atas tiga golongan orang,yaitu anak-anak sampai baligh,orang gila sampai sadar,dan orang tidur sampai terbangun” (HR.Bukhori,Abu Daud,At Tirmidzi,An Nasa’I,Ibnu Majah,Daruquthni,dan Ahmad).
Begitu pula dengan orang gila mereka dikatakan kehilangan akal walaupun mereka masih mempunyai otak.
Firman Allah ta’ala yang artinya, ‘Fu’aad (hati) tidak pernah mendustai apa-apa yang dilihatnya’ (QS An Najm [53]:11).
Wabishah bin Ma’bad r.a. berkata: Saya datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Saya menjawab, “Benar.”Beliau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa-apa yang menenteramkan jiwa dan hati, sedangkan dosa adalah apa-apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberi fatwa yang membenarkanmu.”   hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Ad-Darami dengan sanad hasan
Nawas bin Sam’an r.a. meriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wasallam., beliau bersabda, “Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah segala hal yang mengusik jiwamu dan engkau tidak suka jika orang lain melihatnya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim).
Permasalahan manusia tidak lagi dapat menggunakan hati mereka untuk memahami firmanNya adalah karena dosa. Keadaan ini dinamakan buta mata hati.
‘Abdullâh bin Al-Mubarak meriwayatkan dari adh-Dhahak bin Muzahim, bahwasanya dia berkata;”Tidak seorangpun yang mempelajari Al-Qur`ân kemudian dia lupa, melainkan karena dosa yang telah dikerjakannya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : وَمَآأَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ  (Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri) –Qs asy-Syûra/42 ayat 30- . Sungguh, lupa terhadap Al-Qur`ân merupakan musibah yang paling besar * (. Fadha`ilul-Qur`ân, karya Ibnu Katsir, hlm. 147)
Setiap dosa merupakan bintik hitam hati (ketiadaan cahaya), sedangkan setiap kebaikan adalah bintik cahaya pada hati Ketika bintik hitam memenuhi hati sehingga terhalang (terhijab) untuk memahami firmanNya. Inilah yang dinamakan buta mata hati.
Sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS Al Isra 17 : 72)
“Media komunikasi” dengan firmanNya adalah ruhNya (ruhani)
Firman Allah ta’ala yang artinya “Kemudian Dia menyempurnakan penciptaannya dan Dia tiupkan padanya sebagian dari Ruh-Nya dan Dia jadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan rasa, tapi sedikit sekali kamu bersyukur” (QS As Sajadah (32):9)
Ruhani (ruhNya) dinamakan akal, hati, nafsu
Ruh ketika berperasaan seperti sedih, gembira, senang, terhibur, marah atau sebagainya, maka ia dipanggil dengan hati.
Ruh ketika ia berkehendak, berkemauan atau merangsang sama ada sesuatu yang berkehendak itu positif atau negatif, baik atau buruk, yang dibenarkan atau tidak, yang halal ataupun yang haram, di waktu itu ia tidak dipanggil hati tetapi ia dipanggil nafsu.
Ruh ketika ia berfikir, mengkaji, menilai, memahami, menimbang dan menyelidik, maka ia dipanggil akal.
Bahkan menurut Imam Sayyidina Ali r.a. qalb mempunyai lima nama,
Pertama, disebut shadr, karena ia merupakan tempat terbitnya cahaya Islam (nuuru-l-islaam). Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala, ‘Adakah sama dengan mereka yang dibukakan shadrnya untuk Islam….” (QS Az Zumar [39] :22)’.
Kedua, disebut qalb, karena ia merupakan tempat terbitnya keimanan. Hal ini sebagaiamana firman-Nya, “Mereka itulah yang ditulis dalam hatinya terdapat keimanan.” (QS Al Mujaadilah [58]:22)’
Ketiga disebut fu’aad karena ia merupakan tempat terbitnya ma’rifah. Hal ini sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa ta’ala, ‘Fu’aad tidak pernah mendustai apa-apa yang dilihatnya’ (QS An Najm [53]:11).
Keempat disebut lubb, karena ia merupakan tempat terbitnya tauhid. Hal ini sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang adalah ayat-ayat bagi ulil albaab (sang pemilik lubb)’ (QS Ali Imran [3]:190).
Kelima, disebut syagf, karena it merupakan tempat terbitnya rasa saling menyayangi dan mencintai sesama makhluk. Hal ini sebagaimana firman-Nya, ’Sungguh ia (Zulaikha) telah dikuasai oleh rasa cinta yang membara….’ (QS Yusuf [12]:30)
Selain nama-nama yang telah disebutkan,  hati pun disebut juga dengan nama habbah al-quluub. Disebut demikian, karena ia merupakan tempat terbitnya cahaya, sebagaimana yang diterangkan Allah dalam hadis qudsi-Nya, ’Tiada yang sanggup menampung-Ku, baik bumi maupun langit-Ku. Hanya hati hamba-Ku yang Mukmin yang dapat menampung-Ku.’
Apa yang diuraikan oleh Imam Sayyidina Ali ra terkait dengan sebuah hadits qudsi, Allah Azza wa Jalla berfirman: ’Telah Kucipta seorang malaikat di dalam tubuh setiap anak keturunan Adam. Di dalam malaikat itu ada shadr. Di dalam shadr itu ada qalb. Di dalam qalb itu ada fu`aad. Di dalam fu`aad itu ada syagf. Di dalam syagf itu ada lubb. Di dalam lubb itu ada sirr. Dan di dalam sirr itu ada Aku.
Jadi yang dapat memahami firmanNya adalah ulil albab yang sering diterjemahkan sebagai orang-orang yang berakal atau pemilik lubb (qalbu) atau orang yang memahami firmanNya menggunakan akal qalbu berdasarkan karunia hikmah dari Allah Azza wa Jalla atau disebut juga pemahaman secara hikmah.
Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya “Allah menganugerahkan al hikmah (pemahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya Ulil Albab yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)“. (QS Al Baqarah [2]:269 ).
Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan Ulil Albab” (QS Ali Imron [3]:7 )
Muslim yang dikaruniai hikmah adalah muslim yang menundukkan akal pikiran mereka kepada akal qalbu.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayahnya, maka dia tidak bertambah dekat kepada Allah melainkan bertambah jauh”
Semakin banyak mengenal Allah (ma’rifatullah) melalui ayat-ayat-Nya qauliyah dan kauniyah, maka semakin dekat hubungan dengan-Nya.
Ilmu harus dikawal hidayah. Tanpa hidayah, seseorang yang berilmu menjadi sombong dan semakin jauh dari Allah ta’ala. Sebaliknya seorang ilmuwan yang mendapat hidayah (karunia hikmah) maka hubungannya dengan Allah ta’ala semakin dekat.
Tanda-tanda seorang muslim telah dekat dengan Allah atau  telah mentaati Allah dan RasulNya sehingga mendapatkan maqom disisiNya minimal adalah mencapai muslim yang sholeh sehingga berkumpul dengan 4 golongan muslim disisiNya yakni para  Nabi (Rasulullah yang utama),  para Shiddiqin, para Syuhada dan muslim yang sholeh.
Firman Allah ta’ala yang artinya “Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya .” (QS An Nisaa [4]: 69 )
Semakin dekat kita kepada Allah sehingga menjadi kekasihNya (Wali Allah). Maqom Shiddiqin atau kedekatan dengan Allah diuraikan dalam tulisan padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/09/09/2011/09/28/maqom-wali-allah/
Kemampuan logika atau kemampuan menggunakan akal pikiran adalah kelebihan yang dikaruniakan Allah ta’ala kepada kaum Yahudi namun mereka tidak dikaruniakan kemampuan menggunakan akal kalbu atau pemahaman secara hikmah karena mereka termasuk manusia yang tidak dikehendaki Allah Azza wa Jalla
Hadits yang diriwayatkan Sufyan bin Uyainah dengan sanadnya dari Adi bin Hatim. Ibnu Mardawih meriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tentang orang-orang yang dimurkai“, beliau bersabda, ‘Kaum Yahudi.’ Saya bertanya tentang orang-orang yang sesat, beliau bersabda, “Kaum Nasrani.“
Kaum Yahudi atau yang dikenal sekarang kaum Zionis Yahudi menghasut atau melancarkan ghazwul fikri (perang pemahaman) kepada kaum muslim untuk memahami Al Qur’an dan As Sunnah dengan akal pikiran sendiri sehingga menimbulkan perselisihan di antara kaum muslim
Salah satu penghasutnya adalah perwira Yahudi Inggris bernama Edward Terrence Lawrence yang dikenal oleh ulama jazirah Arab sebagai Laurens Of Arabian. Laurens menyelidiki dimana letak kekuatan umat Islam dan berkesimpulan bahwa kekuatan umat Islam terletak kepada ketaatan dengan mazhab (bermazhab) dan istiqomah mengikuti tharikat-tharikat tasawuf. Laurens mengupah ulama-ulama yang anti tharikat dan anti mazhab untuk menulis buku buku yang menyerang tharikat dan mazhab. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dibiayai oleh pihak orientalis.
Kaum muslim yang terhasut meninggalkan pemahaman atau pendapat Imam Mazhab yang empat yang telah disepakati oleh jumhur ulama sejak dahulu sampai sekarang sebagai pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak)
Imam Mazhab yang empat bertalaqqi (mengaji) langsung dengan Salafush Sholeh.
Imam Mazhab yang empat mengetahui dan mengikuti pemahaman Salafush Sholeh melalui lisannya Salafush Sholeh.
Imam Mazhab yang empat melihat sendiri penerapan, perbuatan serta contoh nyata dari Salafush Sholeh.
Mereka yang terhasut merasa telah mengikuti pemahaman Salafush Sholeh namun kenyataannya mereka tidak lebih dari mengikuti pemahaman ulama-ulama yang mengaku-aku mengikuti pemahaman Salafush Sholeh namun tidak bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush Sholeh. Dari mana ulama-ulama tersebut mendapatkan pemahaman Salafush Sholeh kalau bukan pemahaman ulama-ulama tersebut dengan akal pikiran mereka sendiri.
Marilah kita kembali mengikuti pemahaman Salafush Sholeh melalui apa yang disampaikan oleh Imam Mazhab yang empat dan mengikuti penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh para ulama-ulama terdahulu yang mengikuti Imam Mazhab yang empat sambil kita merujuk darimana mereka mengambilnya yakni Al Qur’an dan As Sunnah dengan menggunakan akal qalbu (akal pikiran yang ditundukkan kepada akal qalbu) berdasarkan karunia hikmah dari Allah Azza wa Jalla

Wassalam




TUBUH kita yakni DIRI TERJALLI..

TUBUH kita yakni DIRI TERJALLI..

Kedua RUH RUHANI yaitu HATI kita yakni DIRI TERPERI
Ketiga RUH IDHAFI yaitu NYAWA kita yakni DIRI YANG TERPERI
Keempat RUH AL-QUDDUS yaitu RAHSIA kita yakni DIRI YANG WUJUD.

MUHAMMAD…………..Adapun nama MUHAMMAD itu jadi TUBUH pada kita.

Tubuh kepada Muhammad jadi NYAWA pada kita
Hati kepada Muhammad jadi NYAWA kepada kita
Nyawa kepada Muhammad jadi RAHSIA kepada kita.
TUBUH……………..

Adapun yang bernama TUBUH itu PERBUATAN yang datang daripada HATI.

Perbuatan Hati datang daripada Nyawa
Perbuatan Nyawa datang daripada Rahsia
Perbuatan Rahsia datang daripada AF’AL ALLAH.
FUAD…………….

Adapun yang bernama MATA itu ialah untuk MELIHAT dan orang yang melihat itu tempatnya pada MATA HATI pada JANTUNG.

Didalam jantung ada FUAD
Didalam Fuan ada CAHAYA
Didalam Cahaya ada RAHSIA

Didalam Rahsia itu adalah saperti Firman Allah SWT yang berbunyi

:-Al Insanu Sirri…Wa Ana Sirruhu

Insan itu adalah rahsiaKu dan Akulah rahsianya.

I'TIQAD PARA WALI ALLAH AT-TAJ' ALKHALWATIY

I'TIQAD PARA WALI ALLAH AT-TAJ' ALKHALWATIY
19 November 2011 pukul 13:30
I’tiqad manusia, yang paling sering dijelaskan dalam berbagai kitab, adalah 71 macam. 69 macam diantaranya adalah Su’ul itiqad atau itiqad buruk, dan barang siapa yang bergelimang dengan 69 macam itiqad yang tercela ini, maka tempat kesudahannya adalah neraka. Ada satu ( 1 ) macam I’tiqad yakni itiqad yang ke-70, akan kena timbangan nantinya, belum tau hasilnya, syurga atau neraka. Jika lebih berat timbangan kebaikannya, balasannya adalah syurga. Sebaliknya, akan masuk neraka kalau kejahatannya lebih berat dari kebaikannya. Dan ada lagi satu (1) itiqad, yakni itiqad yang ke 71, ia akan masuk syurga, tapi juga setelah melalui hisab / pemeriksaan. Adapun ke-69 macam itiqad buruk itu adalah :
Takabbur, Sombong / Angkuh, Iri hati / Hasad, Dengki / Haqad, Puji Diri, Ingin terpuji / dipuji, Terlalu Memuji, Suka membenci, Tamak, Serakah / monopoli, Loba, Rakus, Cemburu, Curiga, Gadhab / Pemarah, Bertengkar / berbantahan, Syarut Ta’am / banyak makan, Syarrul Kalam / banyak bicara, Ujub / Bangga diri, Riya / Pamer, Sum’ah / Mau didengar, Ghibah / Gosip, Fitnah, Namimah / Adu domba, Kidzib / Dusta, Ingkar, Khianat, Panjang angan-angan, Al-Wahn / Takut mati, Malas, Mengumpat, Membalas Umpatan, Mengolok- olok, Mencela diri sendiri, Menggunjing, Mau menang sendiri, Bakhil / Kikir, Boros / royal, Sumpah Palsu, Keras hati, Berbuat Kasar, Pengecut, Penakut, Zhalim, Kufur Nikmat, Putus Asa, Ragu / bimbang, Buruk sangka / Su’uz Zhan, Culas / menipu, Makar, Hubbud Dunya (Cinta dunia), Hubbul Jah /gila pangkat dan jabatan, Hubbul Mal /Gila harta, Tafahur / Membangga, Dendam, Tidak sabar, Itba’ al-Hawa / menuruti hawa nafsu, Ghurur / selalu tertipu, Tajassus / Mencari-cari aib orang lain, Permusuhan, Mencaci-maki, Melaknat, Bernyanyi dan bersyair yang diharamkan, Menghina dan mengejek orang lain, Senda-gurau berlebihan, Menyiarkan rahasia, Menceritakan aib sendiri / rumah tangga, Lalai dari kewajiban, Memanggil dengan gelar yang jelek.
Adapun Husnul Itiqad / itiqad baik itu, banyak juga macamnya. Tak cukup waktu untuk membahas semuanya, kecuali 4 perkara kepada para Wali Allah yang merupakan pe-KUBUR-an atau MAQAM (yang 4 versi) :
  1. Ber- Kubur pada Tubuh atau Maqam Syari’at.
  2. Ber- Kubur pada Hati atau Maqam Thariqat.
  3. Ber- Kubur pada Nyawa atau Maqam Haqiyqat.
  4. Ber- Kubur pada Rahasia atau Maqam Ma’rifat.
Para Waliyullah harus selalu waspada atas kemurnian itiqad-itiqad baik ini, jangan sampai terkontaminasi atau ternodai oleh 69 macam itiqad-itiqad busuk seperti yang telah kita sebutkan diatas.
Sahabat Nabi Saw pernah bertanya : Ya Rasulallah, bagaimanakah kematiannya orang syariat, thariqat, hakikat dan ma’rifat itu ?
Rasulullah menjawab : Adapun mati syariat itu, kembali pada asal tubuhnya, yakni hancur lebur menjadi tanah. Mati thariqat, akan mengecil menjadi mumi / kora-kora dalam kuburnya. Mati hakikat, akan bertambah besar dalam kuburnya, sampai-sampai kuburannya bertambah tinggi. Dan mati ma’rifat, hilang lenyap dalam kuburnya, kembali lebur pada Tuhan-Nya.
Penjelasan :
  1. Ber-Makam pada Syari’at, di kuburannya nanti, hancur dan ludes tubuh (dagingnya), dimakan ulat dan cacing, lebur jadi tanah. Ini sebenarnya sudah pelanggaran ayat. Diperintahkan : Inna Lillahi Wa Inna ilaihi Raji’un, dari Allahu Ta’ala harus kembali pula kepada Allahu Ta’ala, malah ia kembali jadi tanah, yakni Inna Lillahi Wa Inna ilal Ardhi. Yang tersisa hanya KHIZBUL ANBIYAA’ / Sulbi / tulang ekor (mustika insani) atau Kulau Tau, di kuburannya tersiksa beserta NYAWA-nya sampai hari kiamat. Adapun itiqad yang dipakai masa hidupnya di dunia, yaitu ia membalas kejahatan dengan kejahatan pula. Artinya, bila dizhalimi oleh orang lain, cepat atau lambat ia pasti membalasnya, tiada kata MAAF darinya. Maka para Wali Allah harus waspada, jangan pakai itiqad seperti ini. Walaupun memang, syariat Islam menggariskan agar membalas kezhaliman dengan balasan yang setimpal. Tapi seringkali itiqad baik ini, terkontaminasi oleh itiqad busuk, yaitu dendam kusumat. Padahal memberi maaf adalah itiqad utama, utamanya memaafkan orang yang menzhalimi kita.
Ketahuilah bahwa Syariat pada zhahirnya adalah Berdiri dalam shalat, jadi dia berdiri juga membalas kejahatan orang lain. Berdiri adalah wataknya Api, Api itu bersifat panas membara, dan panas membaranya Nafsul Ammarah adalah dendam kesumat yang merusak. Dan nyawa api pada kita itulah Ruhul Idhafi membawa Nafsul Ammarah.
  1. Ber-Makam pada Thariqat, di kuburannya nanti, tubuhnya terus mengecil jadi mumi atau kora-kora. Kalau sudah mengecil sampai sepanjang telunjuk, sudah mahal harganya, menurut kabar bisa mencapai milyaran rupiah. Nanti dia diterima oleh Allahu Ta’ala bila terus mengecil sampai kembali / menjadi setetes air mani lagi dalam jangka 1000 tahun lamanya. Ini juga pelanggaran ayat, tidak kembali pada Allahu Ta’ala, tapi Wa Inna ilaihi Fa’ilun, dia kembali sesuai fi’il / perbuatannya. Adapun itiqad yang dipakai waktu hidup di dunia adalah : bila dizhalimi oleh orang lain, dia mengatakan : “Allahu Ta’ala yang akan balas kamu”. Atau dia berdoa : Semoga Allah membalas kejahatanmu”. Ingatlah wahai para Wali Allah, jangan juga pakai itiqad semacam ini. Itiqad semacam ini sebenarnya sudah baik, karena tidak mau membalas orang yang berbuat jahat kepadanya. Namun masih ternodai oleh itiqad busuk, yaitu mendo’akan kejelekan terhadap orang lain, yang sangat dilarang oleh Allah.
Ketahuilah, Thariqat pada zhahirnya ruku’ dalam shalat. Jadi sebenarnya dia sudah ruku’ dan tunduk tidak membalas kejahatan, namun dia mengharap supaya Allah yang membalas. Ruku’ adalah wataknya Angin. Angin bersifat menunduk tapi menanduk. Nyawa angin pada kita adalah Ruhur Rahman, membawa Nafsul Lawwamah, nafsu yang menyesali dirinya, sudah baik tidak membalas, tapi menyesal karena mendoakan kejelekan bagi orang lain.
  1. Ber-Makam pada Haqiyqat, di kuburannya nanti bertambah besar badan / jasadnya, dijulukilah sekarang : “Jera’ Abbakkaka”. Inipun masih tersiksa, bayangkan saja sempitnya liang lahad, lalu terjepit pula. Ini juga masih pelanggaran ayat, tidak kembali pada Allahu Ta’ala, tapi Wa Inna ilaihi Musta’ma, dia kembali kepada kesusahan / kesengsaraan. Adapun itiqad yang dipakai saat masih hidupnya, bila dizhalimi oleh orang lain, dalam hatinya bergumam : “Allah tidak buta, dan Allah Maha Melihat”. Ingatlah wahai Wali Allah, jangan juga pakai itiqad seperti ini. Awalnya memang ini itiqad baik, karena dia tidak mau membalas dan juga tidak mendo’akan kejelekan terhadap orang yang menzhaliminya, namun masih terselip noda itiqad dalam hati, bahwa dia sangat mengharap supaya Allah yang memberi keputusan, memberi pelajaran kepada orang yang zhalim itu.
Ketahuilah, Haqiqat pada zhahirnya adalah sujud dalam shalat. Jadi sebenarnya dia sudah sujud dan merendah atas kejahatan orang lain, dan tidak pula mendoakan kejelekan atas orang lain, namun masih ada asa agar Allah memberi keputusan supaya orang yang jahat itu diberi pelajaran. Sujud adalah wataknya air, air bersifat merendah tapi masih menengadah. Nyawa air pada kita adalah Ruhul Jasmani, membawa Nafsu Sawiyyah.

  1. Ber-Makam pada Ma’rifat, nanti di kuburannya 1 jam saja, sudah terangkat beserta tubuh / jasadnya langsung sekampung dengan Nabi Muhammad Saw atau menuju Illiyyin (perkampungannya para Nabi, para Shiddiqin, para Syuhada dan Sholihin), inilah makam kenikmatan menunggu datangnya hari kiamat, nanti ia ke kuburannya kalau tiba hari berbangkit beserta Syeikh Mursyid /  Waliyyan Mursyida (Maha Guru-Nya), dan disalami oleh para malaikat dengan ucapan : “Salaaman-Salaamaa”, Selamat - Selamat. Mereka-mereka ini tak menunggu lagi pahala amal bacaan talkinnya, tapi langsung menuju Illiyyin beserta Nabi Saw di kanannya, Jibril as di kirinya, dengan kendaraan syurga menuju perkampungannya Nabi Saw. Adapun itiqad yang dipakai masa hidup di dunia, bila ada yang menzhaliminya, dalam hatinya berdo’a : “Ya Allah, kami terima dengan ikhlas semua cobaan-Mu ini, dan terimalah kembali keikhlasan hamba-Mu dari cobaan-Mu ini, ampunilah dia dan juga kami. Ya Allah, kami fahami bahwa tiada terjadi sesuatu pun kecuali atas izinMu, tidak bergerak anggota tubuh kecuali nyawa yang gerakkan, dan tidak menggerakkan nyawa kecuali dengan izin Mu Ya Allah”. Wahai para Wali Allah, inilah itiqadmu yang sesungguhnya, waspadalah jangan sampai ternodai. Beginilah arti dari Innaa Lillaahi Wainnaa ilaihi Raaji’uwn, Dari Allahu Ta’ala kembali pula kepada Allahu Ta’ala. Jangan salahkan sesama manusia, bahkan terhadap tumbuhan maupun hewan sekalipun. Sebab Tiada Daya Upaya dan kekuatan kecuali dengan Allahu Ta’ala. Yang terjadi, terlaksana dan yang menimpa, adalah atas iradah dan taqdirNya jua.