Total Tayangan Halaman

Kamis, 18 April 2019

Mutiara Makrifat Syekh Abdul Qodir Jailani

Mutiara Makrifat Syekh Abdul Qodir Jailani
13 January 2012, 8:37 am
 Syekh Abdul Qodir Jailani,  lahir di Jilan pada tahun 470 Hijriyyah. Tahun 478 H pergi dari Jilan ke kota Baghdad untuk belajar Fiqih Islam Madzab Hambaliyyah serta mengikuti jalan para sufi. Pada tahun 521 H Syekh Abdul Qodir Jailani menjadi da’i dan mulai terkenal. Sejak itu pula Syekh Abdul Qodir Jailani berpakaian ulama’ dan tarikatnya mulai meluas ke berbagai kawasan Islam seperti  Yemen, Syria, Mesir, kemudian tersebar sampai ke India, Turkey, Africa, Asia, Indonesia dan menjadi tarikat yang besar. Tariqat Qodiriyyah sampai sekarang tetap diikuti berjuta-juta orang di seluruh dunia. Syekh Abdul Qodir Jailani meninggal pada tahun 561 H dan di makamkan di Baghdad, Iraq. karya-karya Syekh Abdul Qodir Jailani : Tafsir Al Jilani, al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, Futuhul Ghaib, Al-Fath ar-Rabbani, Jala’ al-Khawathir, Sirr al-Asrar, Asror Al Asror, Malfuzhat, Khamsata “Asyara Maktuban, Ar Rasael, Ad Diwaan, Sholawat wal Aurod, Yawaqitul Hikam, Jalaa al khotir, Amrul muhkam, Usul as Sabaa, Mukhtasar ulumuddin
Syekh Abdul Qodir Jailani seorang faqih yang menguasai ushul fiqh dan fiqh , dan mengaitkan tasawuf dengan al-Qur’an maupun sunnah Nabi Muhammad. Mengenai hal ini Ibnu Taymiyyah memuji Syekh Abdul Qodir Jailani, “…. Selama Anda masih memelihara diri Anda sendiri, maka anda masih terhalang dari Tuhan anda,” dan ucapan lagi, “Tanda cinta kepada akhirat adalah sikap asketis terhadap terhadap hal-hal duniawi. Dan tanda cinta kepada Allah adalah ketidak butuhan terhadap hal-hal selain-Nya.”
Mengenai al-Hallaj, Syekh Abdul Qodir Jailani, ber kata: “Husain al-Hallaj telah keliru. Akibatnya, pada jamannya tidak ada yang menyambut tangannya.”
Syekh Abdul Qodir Jailani berkata, “Aku melihat Rasulallah SAW sebelum dzuhur, beliau berkata kepadaku, “anakku, mengapa engkau tidak berbicara?”. Aku menjawab, “Ayahku, bagaimana aku yang bukan arab ini berbicara di depan orang-orang fasih dari Baghdad?”. Ia berkata, “buka mulutmu”. Lalu, beliau meludah 7 kali ke dalam mulutku kemudian berkata, “bicaralah dan ajak mereka ke jalan Allah dengan hikmah dan peringatan yang baik”. Setelah itu, aku salat dzuhur dan duduk serta mendapati jumlah yang sangat luar biasa banyaknya sehingga membuatku gemetar. Kemudian aku melihat Ali r.a. datang dan berkata, “buka mulutmu”. Ia lalu meludah 6 kali ke dalam mulutku dan ketika aku bertanya kepadanya mengapa beliau tidak meludah 7 kali seperti yang dilakukan Rasulallah SAW, beliau menjawab bahwa beliau melakukan itu karena rasa hormat beliau kepada Rasulallah SAW. Kemudian, aku berkata, “Pikiran, sang penyelam yang mencari mutiara ma’rifah dengan menyelami laut hati, mencampakkannya ke pantai dada , dilelang oleh lidah sang calo, kemudian dibeli dengan permata ketaatan dalam rumah yang diizinkan Allah untuk diangkat”. Ia kemudian menyitir, “Dan untuk wanita seperti Laila, seorang pria dapat membunuh dirinya dan menjadikan maut dan siksaan sebagai sesuatu yang manis.”
Dalam beberapa riwayat didapatkan bahwa Syekh Abdul Qodir Jailani berkata, “Sebuah suara berkata kepadaku saat aku berada di pengasingan diri, “kembali ke Baghdad dan ceramahilah orang-orang”. Aku pun ke Baghdad dan menemukan para penduduknya dalam kondisi yang tidak aku sukai dan karena itulah aku tidak jadi mengikuti mereka”. “Sesungguhnya” kata suara tersebut, “Mereka akan mendapatkan manfaat dari keberadaan dirimu”. “Apa hubungan mereka dengan keselamatan agamaku/keyakinanku” tanyaku. “Kembali (ke Baghdad) dan engkau akan mendapatkan keselamatan agamamu” jawab suara itu.
Suatu ketika, saat Syekh Abdul Qodir Jailani berceramah Syekh Abdul Qodir Jailani melihat sebuah cahaya terang benderang mendatangi Syekh Abdul Qodir Jailani. “Apa ini dan ada apa?” tanya Syekh Abdul Qodir Jailani. “Rasulullah SAW akan datang menemuimu untuk memberikan selamat” jawab sebuah suara. “Sinar tersebut semakin membesar dan aku mulai masuk dalam kondisi spiritual yang membuatku setengah sadar. Lalu, aku melihat Rasulullah SAW di depan mimbar, mengambang di udara dan memanggilku, “Wahai Abdul Qadir”. Begitu gembiranya aku dengan kedatangan Rasulullah SAW, aku melangkah naik ke udara menghampirinya. Ia meludah ke dalam mulutku 7 kali. Kemudian Ali datang dan meludah ke dalam mulutku 3 kali. “Mengapa engkau tidak melakukan seperti yang dilakukan Rasulallah SAW?” tanyaku kepadanya. “Sebagai rasa hormatku kepada Rasalullah SAW” jawab beliau.
Rasulullah SAW kemudian memakaikan jubah kehormatan kepada Syekh Abdul Qodir Jailani. “apa ini?” tanya Syekh Abdul Qodir Jailani. “Ini” jawab Rasulallah, “adalah jubah kewalianmu dan dikhususkan kepada orang-orang yang mendapat derajad Qutb dalam jenjang kewalian”. Setelah itu, Syekh Abdul Qodir Jailani pun tercerahkan dan mulai berceramah.
Syekh Abdul Qodir Jailani mengungkapkan, “Saat Nabi Khidir As. Datang hendak mengujiku dengan ujian yang diberikan kepada para wali sebelumku, Allah membukakan rahasianya dan apa yang akan dikatakannya kepadaku. Aku berkata kepadanya, “Wahai Khidir, apabila engkau berkata kepadaku, “Engkau tidak akan sabar kepadaku”, aku akan berkata kepadamu, “Engkau tidak akan sabar kepadaku”. “Wahai Khidir, Engkau termasuk golongan Israel sedangkan aku termasuk golongan Muhammad, inilah aku dan engkau. Aku dan engkau seperti sebuah bola dan lapangan, yang ini Muhammad dan yang ini ar Rahman, ini kuda berpelana, busur terentang dan pedang terhunus.”

Mengenai Tarikat Qodiriyyah, Sheikh ‘Ali ibn Hiti berkata, ” Tarikatnya adalah tauhid semata, disertai kehadiran dalam sikap sebagai seorang hamba Tuhan.” sedangkan ‘Addi ibn Musafir berkata pula, “Tarikarnya adalah kepasrahan pada alur-alur ketentuan Tuhan denganpersepakatan kalbu dan ruh, penyatuan batin dan lahir, dan penyucian diri dari tabiat-tabiat jiwa.” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar