Total Tayangan Halaman

Sabtu, 31 Agustus 2013

Pengenalan Hakikat Diri Menurut Al Quran

PENDAHULUAN
Pengenalan Hakikat Diri Menurut Al Quran yang menjadi judul buku ini cukup beralasan untuk dipilih, karena sering kita mendengar istilah yang menyatakan bahwa kenalilah dirimu, kamu akan kenal Tuhanmu. Pertanyaannya adalah bagaimana cara mengenal diri itu? Apakah kita harus mempelajari dulu ilmu kedokteran sehingga akhirnya tahu struktur fisik manusia, dan ilmu kejiwaan sehingga kemudian kenal akan tingkah laku jiwa? Setelah itu mungkin kita akan kagum bahwa ciptaan Allah yang rumit baik fisik maupun kejiwaan tersebut membuat kita sadar bahwa di balik itu semua ada Sang Pencipta sehingga keluarlah pengakuan akan kemahahebatan Allah. Itulah yang disuruh oleh Allah dalam Al Quran seperti dalam ayat [3.190 – 191]. Pertanyaannya lagi, apakah semua orang harus menjadi dokter dan ahli jiwa supaya bisa kepemahaman seperti itu? Semua bidang ilmu disuruh oleh Allah untuk digali, tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, kata Rasulullah SAW yang mengartikan bahwa ilmu itu tidak terbatas dan harus dicari kemanapun.

Kajian yang akan dibahas dalam buku ini adalah kajian yang membahas mulai dari titik awal kejadian manusia berdasarkan firman Allah dalam ayat [7.172], yaitu ketika jiwa bersaksi di hadapan Tuhannya waktu ditanya "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi," sampai kepada kemana nanti tujuan akhir perjalanan hidup ini berdasarkan firman Allah dalam ayat [18.48], yaitu ketika “mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris.” Hampir semua kita yang gemar mendalami pengajian-pengajian keagamaan mengetahui dari mana kita berasal dan kemana tujuan akhir hidup ini, tetapi kebanyakan tidak mengetahui secara detail bagaimana cara kembali kepada Allah tersebut. Cara kembali atau alat untuk kembali kepada Allah tersebut adalah shalat, tetapi shalat yang betul-betul sesuai baik secara syariat maupun secara hakikat.

Banyak orang yang terkecoh memaknai hadits Nabi SAW tentang shalat yang mengatakan bahwa “shalatlah engkau sebagaimana engkau melihat aku shalat.” Pertanyaannya adalah apa yang diketahui oleh para sahabat Rasul ketika Beliau shalat? Yang diketahui oleh mereka adalah gerakan anggota badan dan bacaan-bacaan shalat ketika Rasulullah shalat, atau dengan kata lain adalah shalat syariat Rasulullah SAW. Padahal Rasulullah SAW juga menyuruh kita untuk tuma’ninah dalam shalat, yaitu diam untuk menyempurnakan. Kalau diam, berarti gerakan anggota badan sudah tidak ada dan bacaan shalat juga sudah tidak ada. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika Beliau tuma’ninah? Tidak ada seorangpun yang tahu. Hadits-hadits Nabi boleh dikatakan tidak menyinggung apa yang Beliau lakukan ketika tuma’ninah. Sekarang kalau kita telaah, apakah tuma’ninah itu sekadar diam tidak melakukan apa-apa? Padahal tuma’ninah tersebut diharuskan oleh Rasulullah untuk menyempurnakan shalat. Kalau tidak ada tuma’ninah berarti shalat tidak sempurna. Berarti tuma’ninah adalah suatu yang sangat penting dalam shalat, sesuatu yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Tetapi apa patokan kita untuk mengetahui apa yang dilakukan selama tuma’ninah? Kalau hanya berpedoman pada berbagai hadits tentang shalat seperti yang banyak kita dapati pada buku-buku pedoman shalat, maka apa yang kita dapat adalah syarat syariat dari shalat. Itulah yang dilakukan oleh hampir seluruh umat Islam di dunia, yaitu mereka hanya shalat syariat saja.

Sebenarnya Al Quran telah memberikan keterangan awal tentang hal ini. Mari kita telurusi surat Al ‘Ankabuut (29) ayat 45 yang menyatakan bahwa “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah salat.” Artinya apa? Firman tersebut menyuruh kita untuk mempelajari Al Quran terlebih dulu baru melaksanakan shalat. Pelajari Al Quran dahulu karena dalam Al Quran ada rahasia-rahasia pelaksanaan shalat secara lengkap. Hadits Nabi SAW mengatakan bahwa shalat adalah mi’rajnya orang-orang mukmim. Rahasia-rahasia mi’rajnya shalat secara lengkap disebarkan oleh Allah dalam Al Quran yang terpendam dalam sejarah nabi-nabi yang banyak bertebaran dalam Al Quran. Itulah yang akan kita pelajari dalam kumpulan kuliah ini.

Kajian ini terdiri atas tiga bagian utama, yaitu pertama adalah pengetahuan dasar Al Quran mengenai kewajiban menggunakan akal yang dipergunakan untuk menganalisa ayat-ayatNya; peristiwa perjanjian jiwa dengan Tuhannya; hubungan makro alam semesta dengan mikro manusia; Al Quran adalah cahaya; metoda jihad; dan isra’ dan mi’raj. Bagian pertama ini akan memberikan kepada kita dasar-dasar pengetahuan yang akan dipergunakan dalam kajian berikutnya. Bagian kedua adalah bagian yang menceritakan kisah-kisah para nabi. Tetapi jangan terkecoh dengan menganggap bahwa di bagian ini hanya akan diceritakan sejarah-sejarah masa lalu, yaitu kisah-kisah para nabi yang dianggap kisah sejarah masa lalu yang sebahagiannya mungkin tidak begitu cocok lagi pada zaman sekarang atau mungkin hanya sebagai penambah pengetahuan tentang perilaku apa yang bisa diteladani dari kisah-kisah tersebut. Selama ini apa yang dapat kita raih maknanya dari peristiwa-peristiwa nabi-nabi dapat dicontohkan dari, misalnya, kisah Nabi Nuh tentang banjir besarnya dianggap adalah kejadian ribuan tahun lalu dan biasanya yang diambil hikmahnya adalah bagaimana umat Nabi Nuh yang sangat keras kepala tidak mau mengesakan Allah dan anaknya yang lari ke gunung tidak mau mengikutinya dan akhirnya tenggelam. Atau kisah Nabi Yusuf dengan kegantengannya membuat Zulaikha terpikat dan bagaimana ketika kecil dibuang saudara-saudaranya ke sumur sehingga akhirnya dia bisa menjadi raja Mesir. Kisah Nabi Yunus yang dimakan ikan. Itu saja yang dapat diambil hikmahnya dari kisah-kisah tersebut yang bisa direnungkan dan diterapkan pada masa sekarang. Apakah itu saja gunanya Al Quran? Padahal kisah-kisah yang kita anggap terjadi ribuan tahun lalu sebenarnya terjadi setiap saat sampai sekarang dan akan terus terjadi sampai akhir zaman. Banjir besar itu sedang dan akan terus terjadi sampai akhir zaman. Dan yang lebih penting lagi adalah peristiwa itu adalah bagian dari diri kita sendiri. Setelah kita mempelajari kajian ini akhirnya kita yakin bahwa para nabi itu mempunyai peranan penting dalam shalat dan juga mempunyai peran super penting dalam fungsi anggota tubuh kita. Yang perlu kita tanamkan adalah bahwa yang menjadi dasar kisah-kisah para nabi ini adalah Al Quran, yang kita yakini bahwa tidak satupun kalimat, kata bahkan hurufnya yang berubah sejak diturunkan dulu kepada Rasulullah SAW. Allah menjamin keotentikan Al Quran. Kita juga harus super yakin bahwa Al Quran yang otentik ini juga tidak hanya berlaku dahulu tetapi juga sekarang dan sampai akhir zaman. Betul, kajian yang akan kita pelajari ini berdasarkan kisah-kisah para nabi yang erat sekali hubungannya tidak hanya dengan rahasia-rahasia Allah tentang hakikat shalat tetapi juga dengan diri kita sendiri.

Bagian ke tiga adalah beberapa catatan yang perlu diperhatikan, yaitu tentang kesaksian seluruh anggota tubuh. Kesaksian anggota tubuh seperti mata, telinga, mulut dan kulit, dimana mereka nanti akan menjadi saksi yang meringankan dan memberatkan. Berhati-hatilah dengan mereka. Catatan lain adalah tentang doa. Bagian ini diakhiri dengan penutup.

Sebelum diakhiri, perlu diinformasikan bahwa kajian ini sebenarnya mempelajari dua arah hakikat diri, yaitu arah pergi dan arah kembali. Artinya adalah kajian hakikat diri adalah mempelajari bagaimana penciptaan manusia, yaitu ketika Sang Ruh dipisahkan atau ditiupkan oleh Allah, dan kajian ini juga mempelajari bagaimana kembali kepada Allah, yaitu ketika Sang Jiwa atau Sang Kesadaran kembali bertemu dengan Tuhannya dan kembali kepadaNya. Tetapi apa yang kita pelajari dalam buku ini hanya pengenalan hakikat diri dengan mempelajari bagaimana caranya kembali kepada Allah, yaitu melalui shalat. Sedangkan kajian hakikat diri dengan mempelajari penciptaan manusia tidak dibahas. Penulis menyarankan untuk kajian yang satu ini lebih baik menghadiri langsung kajian yang diadakan oleh Bapak Amir Johan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar