Ilmu Hushuli, Khudhuri, Akal dan Hati, Oleh Ustad
Sinar Agama
Muhammad Dudi Hari Saputra :
salam ustad,,
ustad,,sungguh saya bingung dgn diri saya sendiri,,
disisi lain saya mengetahui kebenaran2 itu secara teoritis, seperti Allah
itu maha kuasa dan maha melihat, tapi dengan mudahnya saya bisa berbuat dosa
atau tidak menjalankan perintah2Nya seolah2 Allah tidak melihat saya,,,
... ustad,, saya malu mengaku pengikut Allah dan utusanNya,, -_-
berilah saya arahan ustad, agar kebenaran ini tidak hanya pupus di pahaman
tetapi berlanjut ke kelakuan,,,
syukron ya afwan..Lihat Selengkapnya
Sinar Agama:
Salam dan trims pertanyaannya:
Saya sudah sering menjelaskan bahwa ilmu Hushuli (argumentatif) itu hanya
kokoh di dunia ini dan tidak akan terbawa mati, kecuali kalau diamalkan dan
dijadikan ilmu Khudhuri.
Untuk menjadikannya ilmu Khudhuri, maka bisa dengan mengamalkannya seperti
menjauhi dosa karena dilihat Tuhan (ini mengamalkan ilmu hushuli argumentatif
yang menyimpulkan bahwa Tuhan itu Maha Melihat). Mencoba terus menerus, bangun
lagi dan bangun lagi, mencoba lagi dan mencoba lagi, merupakan jalan mulia
walau tidak terlalu tinggi. Karena semakin tidak mengulang atau semakin sedikit
mengulangnya, akan semakin tinggi.
Jalan yang paling dekat, lurus dan pendek, adalah langsung meresapi ilmu
tsb dan mengamalkannya terus menerus dimana kalau jatuh mengulangnya lagi dan
bangkit lagi.
Tp kalau jalan itu terlalu sulit dimana sebenarnya terlalu mudah, maka bias
mencari pendukung lain, seperti sering2 datang ke kuburan (setidaknya seminggu
sekali). Terserah saja, kubur siapa. Keluarga atau bukan. Kalau keluarga atau
muslimin, disamping melakukan ibadah dengan mendoakan mereka atau membacakan
ayat-ayat Qur an yang pahalanya dihadiahkan kepada yang dikunjungi, melakukan
pekerjaan intinya, yaitu meresapi bahwa kita akan segera mati, berkalang tanah
dan tidak ada yang perduli serta kalau sudah mati tidak akan pernah ada
kesempatan memperbaiki diri.
Antum kalau mengejar satu ilmu Hushuli tentang Tuhan Maha Melihat ini saja,
dan antum istiqamah sampai 40 hari saja, maka bagi antum sudah terbuka pintu
terdekat ke surga. SEmua jalan menuju surga akan menjadi terang dan lapang
serta mudah dilalui, dengan ijinNya.
Nah, kalau satu ilmu Hushuli tentang Tuhan Maha Melihat ini saja yang bisa
antum jadikan Khudhuri sudah bisa menembus 'arsy, apalagi kalau semua Asma,
semua Asma.
Tp ketahuilah, bahwa jangankan semua Asma, satu Asma saja yang kita tidak
capai sampai ke khudhuri, maka semua kitab-kitab tebal tauhid dan irfan nan
berjidil, tulisan fb nan ratusan, kajian agama nan berulang, ribuan tangisan
dan taubat yang berkali-kali ...dst... semua itu, tidak akan pernah menolong
kita di akhirat kelak. Semua ibadah2 itu memang mengandungi pahala yang besar.
Tapi hanya itu yang bisa kita raih. tetapi berteman dengan ilmu tauhid Tuhan
Maha Melihat itu, tidak akan pernah terjadi. Karena itu belum tentu kita bisa
menjwab paling mudahnya pertanyaan Mungkar dan Nakir di kuburan manaka bertanya
kepada kita tentang adanya Tuhan sekalipun.
Kemarin jam 7:08 · SukaTidak Suka · 7
Muhammad Dudi Hari Saputra Syukron Ustad atas Penjelasannya.. :)
Bismillah,semoga saya bsa mngamalkannya...
Ustad,sy ada mmbaca salah satu buku ayatollah jawadi amuli, mngatakan bhwa
fakultas ruh dri manusia yang juga berperan selain rasio adlh hati (khuduri),
beliau mnceritakan bhwa firaun secara ilmu/teori/rasio sudah mengakui kenabian
Musa as, akan tetapi hatinya msh ditutupi hijab2 yang pekat sehingga semua
kebenaran itu mnjadi percuma.. Dan firaun ttp mnyatakan itu hnya sihir..
ya Allah semoga kami semua terhindar dri hati2 yang penuh hitam pekat dan
hijab2.. Sucikan hati kami ya Allah.. Agar bsa memandang yang benar mmng benar
adanya dan kemudian menjalaninya.. Amin..
Kemarin jam 15:19 · SukaTidak Suka · 2
Sinar Agama Hati itu adalah akal-aplikatif. Setidaknya konsekwensi dari
akal-pahaman yang berupa akal-aplikatif. Saya sudah sering menjelaskan bahwa
hati tidak bisa jadi ukuran, yakni hati perasaan. Karena itu, ia harus
disucikan. Caranya dengan mengerti jalan hidup dan jalan selamat (akidah dan
fikih dll-nya) dengan akal-pahaman, lalu setelah diaplikasikan dengan ikhlash
sampai mati dimana komandernya adalah akal-aplikatif.
Ketika ilmu akal-pahamannya sudah benar, lalu dengan pimpinan
akal-aplikatif diamalkan dengan ikhlash sepanjang masa, maka apapun deru hati
yang penuh dengan deru2 nafsu itu akan dapat dikendalikan dengan akal. Dengan
demikian hati yang bermakna perasaan ini akan dapat dikendalikan oleh akal
hingga laparnya dapat dikendalikan mau makan apa yang halal dan dengan ukuran
apa yang benar. begitu pula urusan2 lainnya. Mungkin, kalau hati yang bermakna
perasaan ini yang mau dipakaipun, maka harus ditundukkan dengan akal-pahamannya
yang diaplikasikan dengan akal-aplikasinya. Artinya setelah ia menjadi terbiasa
dengan taat pada akal-pahaman dan akal-aplikatif,mk suatu saat ia akan menjadi
suci dan bisa dijadikan ukuran pengambilan sikap benar atau salah.
Tp yang lebih selamat, mengartikan hati dengan akal sebagaimana sudah
sering dijelaskan sebagaimana pula Tuhan sering memakainya di Qur an. Tentu
saja, akal disini adalah akal yang seutuhnya, yaitu yang meliputi kedua-dua
bagiannya, yaitu akal-pahaman sebagai pemaham ilmunya dan akal-aplikatif
sebagai pengomando dalam mengaplikasikan ilmunya.
Karena kalau akal-pahaman sudah tahu bahwa ular cobra itu berbisa dan bisa
mematikan kalau menggigit, maka akal-aplikatif akan menyuruh kita untuk
menjauhinya. Kalau akal-pahaman sudah tahu bahwa racun itu mematikan, maka
akal-aplikatif menyuruh kita untuk tidak meminumnya. Kalau akal-pahaman sudah
tahu bahwa Tuhan itu Maha Melihat, maka akal-aplikatif menyuruh kita untuk
tidak maksiat. Kalau akal-pahaman sudah tahu bahwa nabi Musa as itu adalah
nabi, maka akal-aplikatif menyuruh kita mengimaninya.
Nah, ketika kita tahu racun itu mematikan, tapi masih juga meminumnya;
kalau kita sudah tahu Tuhan itu Maha Melihat akan tetapi masih bermaksiat;
kalau kita sudah tahu nabi Musa as itu adalah nabi tapi Fir'un menentangnya,
......... dan semacamnya, maka berarti kita tidak mengikuti akal secara
sempurna. Karena akal-aplikatifnya menyuru mengaplikasikan pengetahunnya itu.
Intinya, akal tidak hanya memahami bahwa racun itu membunuh, tetapi juga
memahami bahwa harus dijauhi. Akal tidak hanya mengerti bahwa Tuhan itu Maha
Melihat, tetapi juga mengetahui bahwa harus tidak maksiat. Nah, kalau kita
melanggar pengetahuan kita sendiri, berarti KITA BELUM BERAKAL SECARA SEMPURNA,
inilah yang kadang-kadang dikatakan oleh ulama sebagai BELUM MENGGUNAKAN HATI.
Tentu saja hati yang bermakna akal dimana akal sempurnya mengandungi dua hal,
pahaman dan aplikatif.
Hendric Mahardhika: Allahumma Shali ala Muhammad wa ali Muhammad,
Syukron Ustad Pencerahannya.
Muhammad Dudi Hari Saputra: syukron Ustad atas semua penjelasannya.. :)
Allahuma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad..
Wassalam
Abu Zahra Al Manshur :
Sekedar membahas topik lain,
qalbu diterjemahkan dalam dua versi (dua aliran),
aliran pertama, qalbu = hearth (jantung) --- ini yang dianut oleh orang
eropa.
aliran kedua, qalbu = liver (hati) -- ini yang dianut oleh asia tengah dan
selatan termasuk indonesia.
sedangkan versi al Qur'an, qalbu itu letaknya di dalam dada, bukan dibagian
perut atau antara dada dan perut.
Jadi yang mana dari kedua aliran itu yang benar? APakah masih layak kita
menggunakan "hati" sebagai pengganti "qalbu"? ataukah
sebaiknya kita tetap menggunakan "qalbu" saja?
pertanyaan kedua, dimanakah "ingatan" tersimpan? apakah di
"fisik" yaitu di sel otak ataukah di bagian non fisik di sekitar
otak?
Kalau ana hubungkan dengan notes di atas, seolah2 ingatan yang menyimpan
ilmu Hushuli itu tersimpan di jasad secara fisik yaitu di otak (setidaknya
menurut argumentatif sains saat ini) sedangkan akibat dari pengamalan ilmu
hushuli itu tersimpan di level non fisik. Namun masih belum bisa menjawab
pertanyaan lanjutannya yaitu, pada saat manusia dibangkitkan lagi bagaimana
ingatannya di dunia dikembalikan kepadanya padahal sel2 otaknya sudah hancur
bahkan molekul2 penyusun jasadnya mungkin sudah bercampur dengan tanah, dimakan
hewan tanah kemudian hewan itu mati lalu diserap oleh tumbuhan, dst.
Kalau menurut ana bahwa ingatan dan semua "kata kunci" penyusun
manusia itu tersimpan di level non fisik, termasuk "Gen" dsbnya yang
entah namanya itu apa, apakah kitab lauh mahfuz atau ada nama lainnya, sehingga
ketika tubuh manusia di susun/dibentuk kembali untuk kebangkitan kedua, tinggal
merujuk kepada kitab itu saja.
Allaahu a'lam, semoga ust. Sinar Agama bisa memberikan komentar.
Kemudian, kalau ingatan itu disimpan di otak, maka mestinya akal juga
disimpan di jantung (bagi penganut aliran pertama) atau di liver (bagi penganut
aliran kedua).
Karena itu ana lebih condong kepada pemahaman bahwa otak itu hanya sarana
penghubung gudang ingatan di level non fisik dengan level fisik, bahwa ingatan
itu tersimpan di level non fisik tetapi di sekitar otak.
Sinar Agama Abu:
(1). Hati itu ada fisik, dimana tugasnya memompa darah (jantung) atau
hal-hal lain seperti mungkin yang berkenaan dengan pengaturan gula (hati). Hati
fisik yang bermakna jantung atau liver ini, tidak masuk dalam pembahasan kita,
baik pembahasan Qur an, orang eropa atau indonesia. Karena hati yang bermakna
fisik ini hanya berperan di kedokteran badan (bkn kedokteran psikologi).
Hati yang lain adalah yang diannut Qur an, orang eropa atau indonesia atau
orang mana saja. Yaitu hati yang bermakna menyintai, membenci dan semacamnya,
bukan yang memompa darah atau mengatur metabolisme gula dalam badan atau apa
saja yang berkenaan dengan badaniah seseorang.
Hati ini, dalam berbagai bahasa apapun di dunia, tidak membahas materi
badan. tetapi alat yang merasakan pada manusia. Karena itu pula, maka dada yang
dimaksud di Qur an, juga bukan dada materi secara langsung. tetapi sebagai
aplikasi dari perasaan itu yang berada di bawah akal yang biasanya disimbulkan
dengan alat otak yang berada di kepala.
Dengan penjelasan pendek itu, dapat diraba bahwa otak dan hati badani, bisa
dikatakan merupakan alat bagi akal dan rasa/perasaan itu. SEtidaknya anggota
badan yang berhubungan dengan kedua materi itu, yakni otak dan hati.
Kalau untuk memahami keberalatan otak bagi akal atau pikiran, maka sangat
mudah. Karena ia memang alat bagi akal untuk berfikir dimana daya akal ini ada
di ruh sebagaimana sudah sering dijelaskan.
Akan tetapi, untuk memhami keberalatan hati/jantung untuk rasa dan
perasaan, sangat sulit. Karena secara lahiriah memang hati/jantung itu bisa
dikatakan bukan alat dari daya ruh yang bagian daya rasa/perasaan.
Akan tetapi, ketika ruh-daya-rasa/perasaan ini, bergolak, detak jantung
berbeda frekwensinya. Dalam keadaan biasa dan marah, diam dan menyinta, diam
dan takut .. dst, jantung memili interaksi yang berbeda. Nah, karena itulah,
maka jantung/hati menjadi tempat simbolik bagi rasa dan parasaan. Jadi, dada
itu sebagai maksudnya adaslah sebagai tempat hati yang berinteraksi dengan
berbagai gejolak hati yang bermakna rasa dan perasaaan.
Nah, beda Qur an dengan bahasa umum itu, adalah kalau Qur an memakai hati
dengan dua makna, hati sebagai tempat rasa dan perasaan dan hati bermakna akal.
Rinciannya lihat di berbagai catatan yang sudah sering saya bahas. Dan
penjelasan di atas ini sebenarnya juga merupakan ulangan saja dari penjelasan
terdahulu (seingat saya).
(2). SAya hanya membaca sepintas pertanyaan dan bahasan antum di poin ke
dua, karena sudah sering saya tulis di fb ini.
Semua pekerajaan manusia, jangankan berfikir, putaran atom2 badannya juga
di kerjakan oleh ruh. Karena itu ruh memiliki empat daya: Daya-tambang,
Daya-nabati, Daya-rasa/perasaan dan Daya-akal.
Jadi, badan manusia itu hanya ada dua kemungkinan saja, apakah ia alat bagi
ruh itu, seperti mata yang alat melihatnya ruh, otak yang alat berfikirnya ruh,
atau terakibat dan terinteraksi dengan oleh ruh seperti hati yang kita bahas di
atas.
Saran: Kalau bisa, kalau ada waktu, mampir2lah ke tulisan2 alfakir yang
sudah membahas ratusan masalah itu, hingga dapat lebih baik memahmi tulisan2
berikutnya. Karena saya tidak mungkin mengulang-ngulang penjelasan yang sudah
diterangkan. SAya tetap akan menjawabnya, tetapi ringkas2 saja seperti sekarang
ini.
Pembahasan antum ini kembali ke yang sangat dasar sekali, jadi anjuranku,
carilah catatan yang membahas tentang adanya ruh pada setiap benda, tingkatan
dan macam2 ruh, beda ruh dan malaikat, manusia, ilmu hushuli itu interaksi atau
shudhui/aksi, ... dst... semuanya sudah dijelaskan di berbagai catatan yang
ada. Karena kalau antum tidak membacanya, maka sudah pasti akan salah memahmi
maksud tulisan alfakir, seperti di atas itu dimana antum mengatakan bahwa ilmu
hushuli itu di otak. Kan amat kontras? Karena kita selalu membuktikan ketidka
tahuan materi karena ketercerai beraiannya itu sementara ilmu adalah kehadiran.
Karena itu yang cerai berai tidak memiliki kehadiran dirinya, apalagi yang
lain. Karena itu, bagaimana bisa tahu dirinya dan bahkan yang lainnya?
Akal dan otak itu beda jauh. Karena akal itu ruh-daya-akal, sementara otak
itu segumpal unsur badani manusia yang tersimpab di bagian kepala. Hal ini
persis dengan ruh-daya-rasa yang dibandingkan dengan mata,telinga ... dst
dimana sangat jauh bedanya.
Samsudin Bahrusyahid :
@sinar agama.... kepengen tanya kenapa 4 kitab utama syiah tidak diedarkan
dan diperjualbelikan utk masyarakat umum ?
Sinar Agama :
Siapa yang blg? Antum tinggal pergi ke agen penerbitnya, seperti Daaru
al-Fikr yang ada di setiap kota di Indonesia (minimal di banyak kota). Kalau
mereka tidak punya, maka antum tinggal pesan saja, nanti akan diberikan ke
antu,. Mereka tidak punya, karena tidak yang cari. Kalau repot di agen kota
kecil, setidaknya yang di Jakarta selalu siap mendatangkan dari libanon sebagai
negeri yang menjadi tempat penerbitan kitab-kitab arab, baik sunni atau syi'ah.
Siapa yang blg? Antum tinggal pergi ke agen penerbitnya, seperti Daaru
al-Fikr yang ada di setiap kota di Indonesia (minimal di banyak kota). Kalau
mereka tidak punya, maka antum tinggal pesan saja, nanti akan diberikan ke
antu,. Mereka tidak punya, karena tidak yang cari. Kalau repot di agen kota
kecil, setidaknya yang di Jakarta selalu siap mendatangkan dari libanon sebagai
negeri yang menjadi tempat penerbitan kitab-kitab arab, baik sunni atau syi'ah.
Samsudin Bahrusyahid :
@Sinar Agama....
begitu sulitnya tuk mendptkan ke 4 kitab utama syiah dri penerbit2 besar
syiah sndiri.bukankah menyebabkan pengikut2 sekte syiah tidak mengetahui
bagaimana sesungguhnya ajaran syiah asal iran ?
Dan lgi mengapa pula dalam tiap-tiap pengajian2 syiah ke 4 kitab tsb tidak
pernah dibahas sbagai rujukan ?
Sinar Agama :
SAm: Oh itu maksud antum. Budaya syi'ah dengan sunni hampir sama dalam hal
ini. Artinya, tidak membahas ayat dan riwayat, yang berhubungan dengan fikih bg
umat yang tidak belajar spesifik tentang agama. yang bisa menggunakan ayat-ayat
dan hadits-hadits fikih itu, hanya mujtahid yang lulus ujian yang biasanya
pelajrannya ditempuh dalam sktr 30 tahunan di hauzah/pesantren yang bertebaran
di negara-negara syi'ah (banyak syi'ahnya), seperti Pakistan, India, Iraq,
Iran, Afghanistan, Kuwait, Bahrain, Saudi (terutama Madinah, tetapi bukan
Univ Madinah yang wahabi), Turki, Suriah, Libanon .... dan di tampat2
lainnya. Jadi, kalau bukan mujtahid, atau kalau bukan dalam rangka belajar
untuk menjadi mujtahid, maka ayat-ayat dan hadits-hadits fikih itu, tidak
dibahas. Karena, kalau yang bukan mujtahid membahasnya, jangankan salahnya,
benarnya juga berdosa. SAya sudah sering menjelaskan ini di catatan. Antum
kalau ingin tahu syi'ah, walalu saya tidak mewakilinya dan catatan2 saya yang
mungkin sudah hampir seribu dokumen itu juga tidak ada apa2nya, tetapi kalau
antum sempat dan membacanya dengan teliti, i-Allah, antum akan dapat gambaran
yang jelas mengenai syi'ah dan budayanya.
Beda dengan wahabi yang langsung main Qur an dan ayat walau pada
orang-orang yang tidak ngerti bahasa arab sekalipun, atau bagi orang-orang
arab, yang tidak mengerti pelajaran2 sekolah sekalipun, tidak belajar ushul
fikih, hadits, ................ dst yang merupakan alat untuk memahmi keduanya
sekalipun. Karena itulah, maka agama menjadi hancur dan penuh dengan tipuan.
Ayat ke timur dimaknai ke barat, ayat ke barat dimaknai ke timur. Muslimin
dikafirkan dan zionist disayang-sayang. Mereka ini telah menelan korban ribuan
orang sejak menjajah Hijaz sampai sekarang. Makkah dan Madinah adalah daerah
jajahan pertama setelah menggoroki ribuan muslimin sunni. Tentu saja, setelah
mereka menduduki Najd (bagian utara saudi sekarang) terlebih dahulu.
Syi'ah muslimin kafir dan halal darahnya serta wajib diperangi dan yang
dapat membunuh sekian orang bisa licin masuk surga, adalah syi'ah syathan atas
nama agama untuk menguasai jazirah arab yang kemudian dirubah nama negara
kekuasaannya itu dengan nama fam-nya Aali Sa'uud, seperti merubah Indonesia
menjadi kerajaan Sunda.
Sedang untuk ayat-ayat dan hadits-hadits selain fikih, maka bisa
dibimbingkan ke masyarakat umum dengan pemaparan akal-gamblang dan mengandalkan
kegamblangan dalilnya tsb. Itupun tidak membahas keberdalilan ijtihadiah.
Untuk buku-buku syi'ah, bertebaran di berbagai negara yang memang banyak
syi'ahnya. buku-buku sunni2 juga bertebaran di daerah sunni itu. tetapi sayang,
buku syi'ah tidak bertebaran di sunni. Justru itu, mengapa orang sunni anti
pati atau tidak tertarik pada buku syi'ah hingga para wakil penerbitan
kitab-kitab arab, tidak bisa meluaskan bisnisnya di selain kitab-kitab sunni,
sementara penerbitannya dan link2 penerbitnya, mencetak kedua golongan
kitab-kitab tsb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar