: Kisah Penciptaan Ruh Manusia Menurut
Filsafat dan Qur an: Seri tanya-jawab antara Fan Malaka dan Usatd Sinar Agama
Fan Malaka:
assalamu alaikum ustads, saya mau bertanya tentang jiwa, saya pernah
dapat referensi yang mengatakan bahwa jiwa itu bermula secara material
dan berkelanggengan secara spritual.
apa maksudnya itu, apakah jiwa itu merupakan materi? trus dimana
batasan antara materi dengan non materi? tolong penjelasannya.
terimakasih sebelumnya.
Sinar Agama:
Salam dan terima kasih pertanyaannya:
(1). Dalam bahasa Arab hal yang antum tanyakan itu dikenal
dengan: "Maadiyatu al-huduuts wa ruuhaaniyatu al-baqa' ", yakni
bahwa ruh itu adalah materi secara keberadaannya dan ruhi secara
kelanggenngannya.
(2). SEbelum saya terangkan lebih jauh, perlu diketahui bahwa
keyakinan para filosof sebelum Mulla Shadra ra, dan begitu pula para
muslimin, meyakini bahwa ruh manusia itu sudah dicipta sebelum badan dan
berada di alam ruh atau alam alastu (bukankah Aku Tuhan?). Mereka
meyakini bahwa ruh itu ada sebelum badan dan baru setelah badan bayi di
dalam perut sudah siap menerimanya, maka Tuhan melalui malaikatNya,
meniupkan ruh itu ke dalam tubuh janin yang ada di dalam perut ibunya
tsb, yakni sekitar kandungan berumur 4 bulan.
(3). Dalil bagi para Filosof, adalah dari Plato yang telah
membuktikan adanya "alam mitsal" atau "alam barzakh"
atau "alam mirip materi" atau "alam khayal" atau "alam
ide" atau "alam seperti mimpi" atau "alam mirip
materi selain materialnya atau matternya"
(4) Sedang dali dari muslimin adalah QS: 7: 172, yang berbunyi:
"Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian dari jiwa mereka (seraya
berfirman): 'Bukankah Aku ini Tuhan kalian?' Mereka berkata 'Benar, kami
menjadi saksi.'"
(5) Karena itu, maka alam ruh itu dalam Islam dikenal denagn
"Alam Dzar" atau "alam bibit" atau "alam atom"
atau "alam ruh" atau "alam alastu" (mengambil dari
ayat di atas yang berbunyi "alastu birobbikum", yakni
"bukankah Aku Tuhan kalian") karena itu muslimin juga
mengistilahkan dengan nama "alam alastu" yakni "alam
bukankah Aku" ...dst.
(6). Sebelum saya meneruskan jwban ini, saya perlu ingatkan Antum
pada susunan tiga alam makhluk: Pertama makluk Akal dengan derajatnya
yang banyak, yakni malaikat tinggi. Ke dua, makhluk Barzakh yang
disebut dengan malaikat tengah antara malakat tinggi dan alam
materi. Ke tiga, alam materi.
(7). Allah mencipta langsung hanya Akal-pertama, dan dari
Akal-pertama itu, Allah mencipta Akal-ke dua, dan dari ke dua ke ke tiga,
begitu seterusnya sampai ke Akal-akhir yang juga dikenal dengan 'Arsy dan
Lauhu al-Mahfuzh.
Dari Akal-akhir itu Allah mencipta malaikat tengah yang dikenal
dalamQur an dengan "mudabbiraati amran" atau "pengatur
semesta materi", seperti malaikat Jibril, Mikail, malaikat hujan,
bumi, langit, sungai, laut, angin, .... dst dari semua makhluk materi.
Kemudian dari malaikat Barzakh itu, Tuhan mencipta alam materi ini.
SEmua ini, sudah sering diterangkan di catatan-catatanku tentang
filsafat dan irfan ata akidah dan Kalam. Jadi, kalau ingin tahu dalilnya,
tentang megapa harus demikian, maka silahkan merujuk ke tempat-tempat
itu.
(8). Sebelum aku teruskan, org seperti Moldiy itu pusing dengan
keberasalan hadhrat Faathimah as bahwasannya beliau as dari jabarut dan
dikiranya hal itu sama dengan Kristen yang mengatakan bahwa Isa as dari
titisn Tuhan, karena ketidak mengertiannya terhadap bahasa orang yang
berbicara dan dimaknakannya dengan bahasanya sendiri dan ilmunya sendiri
yang bak dalam tempurung.
Ketahuilah, bahwa alam Akal itu disebut dengan Jabarut. Jadi semua
materi dari Barzakh yang juga disebut dengan Malaakut, dan
Barzakh ini dari Jabarut itu. Jadi, bukan hanya para nabi dan rasul atau
maksumin atau hadhrat Faathimah yang dari jabarut, tetapi
semua alam materi ini dari sana datangnya. Karena itulah Jabarut
itu juga disebut denga "Gudang Tuhan", atau
"Khazaain" (QS: 15: 21) yang kurang lebih bunyinya:
"Tidaklah setiap sesuatu apapun, kecuali dari gudang Kami, dan Kami
menurunkannya sesuai ukurannya".
Jadi, kehebatan para maksum itu bukan dari sananya, tetapi
ketika kembali dengan ikhtiar takwanya itulah dimana mereka
berhasil kembali lagi ke Jabarut itulah yang dikatakan kehebatan. Karena
manusia banyak mangkal di Barzakh bagian neraka (karena surga neraka
bertempat di Barzakh itu), dan kalaulah agak hebat berada di Barzakh
bagian surga. tetapi mereka melesat jauh sampai ke 'Arsy, dan di
atasnya, sampai ke Akal-pertama dan asma-asma HusanaNya. Nah,
Ilmu Tuhan tentang keberhasilan mereka yang sampai ke tingkat tinggi
itulah yang dikatakan bahwa merreka berasal dari sana. Karena Ilmu
Tuhan sebelum kejadiannya. rinciannya lihat di Wahdatulwujud. Krena
itulah Akal-satu itu dikatakan juga dengan Nur-Muhammad, yakn Ilmu Allah
tentang keakan mencapainya Muhammad ke maqam itu.
(9). SEtelah kita ingat lagi akan susunan tiga alam itu, maka
ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan alam ruh bagi yang mengimaninya,
adalah alam barzakh itu. Jadi ruh-ruh manusia sudah dicipta di sana dan
setlah ada janin yang siap menerimanya, maka ditiupkan ke dalamnya hingga
bayi itu menjadi hidup. Nah, pertanyaan Tuhan itu, terjadi di alam ruh
yang disebut dengan berbagai nama itu yang , kedudukan
alamnya adalah alam Barzakh tsb.
(10). Sesuai dengan yang mengimani alam ruh ini, baik karena dalil
filsafat atau dali Qur an, maka ruh adalah ruhaaniyyatu al-huduuts dan
baqaa', yait bahwa ruh manusia itu adalah non materi secara awal
kejadiannya dan begitu pula kelanggenannya. Karena sebelum ditiupkan
adalah non materi (ruhi) dan setelah matinya nanti kembali lagi menjadi
ruhi atau non materi. Jadi, baik awal kejadiannya atau kelanggengannya,
ruh itu adalah ruhi atau non materi.
(11). Akan tetapi bagi Mulla Shadra, semua pendalilan itu tidak
benar dan kurang pada tempatnya. Dengan alasan,bahwa kalau ruh itu dari
awal sudah ada, berarti dia hebat dan penuh pengetahuan. Karena sewaktu
keberadaannya non materi, maka tidak ada yang terhijabi baginya kecuali keberadaan
yang ada di atasnya. Dan karena itulah, mereka yang mengimani
itu juga mengiyakannya dan mengatakan bahwa ketika ruh itu menyatu dengan
badan maka semua ilmunya sirna karena terhijabi dengan badan. Dan karena
itulah, kata mereka, kadang kita ketika melihat sesuatu seperti pernah
melihatnya sebelumnya, sebenarnya kejadian itu karena mmg sudah
dilihatnya sewaktu di alam ruh itu tetapi sudah lupa akrena hijab
badannya.
Nah, ketika ruh itu tahu segalanya, lalau mengapa Tuhan menurunkannya
ke materi hingga menjadi bodoh kembali? Bukankah semua perbuatan Tuhan
itu memiliki hikmah? Lalu apa hikmah penurunan ruh yang hebat ini ke alam
materi dan kebodohan ditambah dengan syahwat yang nantinya bisa masuk
neraka?
Jadi, bagi MS (kependekan Mulla Shadra), hal seperti itu tidak masuk
akal karena tidak adanya hikmah dari penurunan itu. Lalu bagiamana
menurutnay tentang penciptaa ruh yang non materi ini?
Mulla Sadra mengatakan: ruh itu mmg ditiupkan kepada badan ketika
badan bayi sudah siap menerimanya. Akan tetapi yang ditiupkan kepadanya
bukan ruh yang sudah ada, tetapi pengadaan baru yang
dilakukan dengan peniupan itu yang dilakukan oleh malaikat yang mengurusi
manusia.
Artinya, malaikat ruh itu, adalah wujud yang satu. Dia adalah tuhan
species manusia atau pengatur manusia yang selalu mengontrol perkembangan
ruh lemah ke ruh kuat yang biasa dikenal dengan ruh manusia ini dan siap
menjadikannya, alias membentuknya menjadi ruh manusia yang de fakto.
Jadi, malaikat ruh bukan membuat ruh-ruh yang banyak dan setelah itu
meniupkannya ke bayi di dalam perut, bukan begitu. Akan tetapi ia sendiri
yang satu itulah yang meniupkan ke dalam badan bayi yang sudah siap itu.
Artinya, mewujudkan dan merestui perkembangan ruh yang dikontrolnya itu
untuk menjadi manusia.
Dengan penjelasan yang lain: Ketika seorang ayah makan daging kambing
atau biji-bijian yang mengandung hormon, maka benda mati yang
disebut materi itu menjadi semakin halus di dalam perut karena menjadi
gizi. Di dalam kaidah dan dalil yang lain di filsafat, tidak ada benda
yang tidak memiliki ruh. Batu, tanah, biji-bijian, daging, ...
semuanya, memiliki ruh. Dalilnya lihat di catatan-catatan sebelumnya.
Nah, ketika daging atau biji-bijian yang memiliki ruh daya tambang
itu (karena kerja ruhnya hanya semacam memutar-mutar atom badaniahnya)
menjadi gizi, disini ruh tambangnya belum berubah ke ruh yang lebih
tinggi, baik nabati atau hewani.
Akan tetapi, ketika sudah menjadi mani di kandung mani seorang calon
ayah, maka benda mati atau yang hanya ber-ruh dengan rub tambang
itu, kini memiliki ruh yang lebih tinggi, yaitu ruh nabati (berkembang)
dan bahkan hewani karena bisa bergerak dengan kehendak.
Ketika ia bertemu dengan ovum yang juga memliki ruh daya tambang,
nabati dan hewani, maka pertemuan kedua benda itu membuat kedua ruhnya
juga bertemu.
Ruh yang bertemu itu semakin hari semakin menguat. Hingga pada
sekitar umur 4 bulan, ruh itu sebgitu menguatnya hingga bisa dikatakan
ruh manusia. Artinya sudah mulai melakukan gerakan-gerakan manusia walau
dalam bentu keterbatasannya di dalam perut.
Memang, manusia itu dikatakan manusia ketika sudah bsai memahami
universal. Akan tetapi karena kepotensian dia di dlam perut dan begitu
pula nanti setelah lahir, bisa dikatakan sudah sangat dekat pada de
faktonya itu. Karena itu, bayi di dalam perut dan yang sudah
lahir tetapi belum memahmi universalpun dapat dikatakan manusia,
karena kedekatakan potensinya pada de faktonya itu.
Arti peniupannya itu adalah restu yang berupa pewujudan pada
pencapaian ruh pada estafet manusia yang paling dasar itu. Karena semua
proses itu tidak bisa terjadi kecuali dengan pengaturan Tuhan yang
melalui para malaikataNya itu.
Begitu seterusnya berkembang menjadi pandai dan takwa, atau
bodoh tan fasik, atau alim dan fasik .... dan semacamnya, maka pada
akhirnya ia mati. Artinya ruhnya meninggalkan badannya.
Nah, ketika ia mati itulah ia menjadi ruh yang mutlak atau non materi yang
mutlak alias tanpa campuran materi lagi.
Jadi, Ruh Manusia itu pada awal kejadiannya adalah materi, tetapi
dalam kesinambungan dan kelanggengannya adalah non materi atau
ruhi.
Inilah yang diaktakan bahwa Ruh Manusia itu materi di awal kejaidannya dan
non materi di kelanggengannya.
Berbeda dengan yang sebelumnya yang mengatakan non materi atau ruhi di awal
dan kesinambungannya.
Karena itulah yang mngingkari Tuhan dikatakan Kafir, karena ia tidak
bisa mengingakarinya. Kafir yakni Coverer atau "yang menutupi".
Yakni menurupi apa-apa yang ada di hatinya tentang kepercayaannya
terhadap adanya Tuhan. Yakni menutupinya dengan kata-katanya yang
dusta dengan berkata "aku tidak percaya adanya Tuhan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar