Penjelasan tentang Cahaya di atas Cahaya &
Kesucian Rasulullah saw Oleh Ustad Sinar Agama
Daris Asgar:
Salam ustad,ijin menanyakan orang lain yang minta tlg untuk ditanyakan pada
ustad,Ijin ustad,
1.apa maksud cahaya diatas cahaya yang ada dalam ayat alQur-an,
2.apakah ksucian Rosulululloh saww ruhaniahnya sahaja atau juga jasmaniny?seperti
kotoran nabi(maaf) apakah suci?karena kalau tidak slh ada prnytaan bahwa
orang yang berjunub tidak boleh melewati mesjid kecuali nabi Saww dan
imam Ali as,syukron ustad,
Sinar Agama:
Salam dan trims pertanyaannya:
(1). Ayatnya secara lengkap sbb:
اللهُ نُورُ السَّمَوَتِ وَالاَْرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَوة فِيهَا
مِصْبَاحٌ المِصْبَاحُ فِى زُجَاجَة الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّىٌّ
يُوقَدُ مِن شَجَرَة مُّبَرَكَة زَيْتُونَة لاَّ شَرْقِيَّة وَلاَ غَرْبِيَّة
يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِىءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُّورٌ عَلى نُور يَهْدِى
اللهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَآءُ وَيَضْرِبُ اللهُ الاْمْثَلَ لِلنَّاسِ وَاللهُ
بِكُلِّ شَىْء عَلِيمٌ
"Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahayaNya seperti
tempat lampu yang di dalamnya ada lampu yang ditutupi dengan kaca. Kacanya
seperti bintang2 yang bercahaya seperti mutiara, dan yang dinyalakan dengan
minyak dari pohon yang banyak berkahnya, yaitu pohon zaitun yang tumbumh tidak
di sehelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya saja hampir
menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya. Allah membiming
kepada cahayaNya siapa yang Dia kehendaki. dan Alllah memrbuat perumpamaan2
bagi manbusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
(2). Ayat ini banyak sekali tafsirannya, baik yang berkecenderungan ilmu
Kalam, Filsafat atau Irfan dan semacamnya.
(3). Akan tetapi dari semua tafsir itu, bisa diambil kesimpulan yang sama
yang lebih mencakup keseluruhannya. Artinya, semua tafsir itu bisa dijadikan
satu gabungan yang dimasukkan ke dalam satu tafsiran yang menyerluruh dan
meliputi semua2 tafsiran tsb.
(4). Rincian yang akan disatukan adalh sbb:
4-a- Maksud dari cahaya yang dinisbahkan kepada Allah dalam kalimat
"Allah adalah cahaya langit dan bumi" adalah sbb: Hidayah; Penerang;
Keindahan langit dan bumi; Qur an; Iman; Agama Islam; Nabi saww; Imam Maksum as
dan Ilmu (semua tafsir2 atas cahaya ini diambil dari ayat2 dan riwayat2).
4-b- Mengapa Cahaya yang dijadikan perumpaan atau dijadiakn topik di ayat
ini? Jawabnya karena cahaya itu adalah yang memiliki makna luas, baik cahaya
lahiriah atau batiniahnya.
Lahiriahnya seperti cahaya matahari dimana mengandungi banyak sekali unsur
kehidupan dan menepis kemudharatan. Tanpa matahari beberapa hari saja, bumi
akan membeku dan kehidupan akan berhenti.
Batiniyahnya seperti makna "menerangi" atau "terang dengan
sendirinya dan menerangi yang lainnya".
Alam ini, tanpa Tuhan, maka tidak mungkin ada. Ada dari yang sebelumnya
tiada, jelas seperti tanpak dari sebelumnya tidak tanpak. Karena itu, pengadaan
makhluk ini sama dengan penampakannya yang , persis dengan makna mencahayainya.
Jadi, mencahayai sama dengan mengadakannya. Dan Tuhan, sudah tentu merupakan
keberadaan yang tanpa perlu diadakan. Persis seperti cahaya yang menerangi
sementara dirinya tidak perlu diterangi. Jadi, Ia pengada yang tidak diadakan.
Batin2 lainnya seperti agama, Qur an, Nabi saww, para imam maksum as, iman,
hidayah dan ilmu, dimana menjadi tafsiran2 dari para penafsir itu, merupakan
Cahaya juga yang berarti memiliki makna menarangi.
4-c- Dalam perumpamaan itu harus memperhatikan dulu unsur2nya:
- Misykaat adalah tempat lampu yang bisanya dibuat di tembok. Yaitu dengan
mebuat semacam lubang seperti mihrob kecil. Walhasil, tempat lampu yang berlubang
yang dibuat untuk menjaga api lampunya tidak mati terterpa angin. Jadi fungsi
misykaat ini adalah melindungi nyalanya lampu dari angin supaya tidak mati.
- Lampu yang disebut dengan Mishbaah dimana terdiri dari tempat minya,
minya dan sumbu.
- Zujaajah yang artinya kaca atau barang2 yang mengkilat.
- Minyak yang menjadi bahan penyalanya, yang
dibuat dari buah zaitun yang pohonnya tidak terlalu mojok ke barat dan ke timur
hingga buahnya memiliki mutu yang tinggi dimana begitu tingginya sampai2 ia
sendiri seakan menyala walau tidak dibakar dengan api.
4-e- Ketika iman/keyakinan yang ada di hati/akal manusia itu menyala
(lampu),yakni sudah terang mana2 yang hak dan batil, dimana menyalanya yang
terang dan benar itu karena mutu dari akalnya yang tidk dikotori dengan segala
macam kecenderungan (minyak zaintun), lalu ia melindungi dari angin ribut
dengan akal dan dalil2nya yang kokoh dan sesuai pada tempatnya (misykaat), dan
melindungi pula dengan pikiran yang bening hingga dapat berdalil dengan baik
hingga menampakkan jalan benar dan jalan salah secara gamblang (kaca) dimana
bukan hanya melidunginya dengan kaca (kejujuran tinggi) itu, tetapi juga
menyeruakkan cahayanya atau hasil dalilnya kedalam kehidupannya, maka semua
tafsiran2 itu menyatu dalam pemahaman menyeluruh dan mencakup ini.
Hal itu, karena hidayah, Qur an, ilmu, Nabi saww, para imam as ...dst itu
adalah merupakan sesuatu yang bisa diringkas dengan iman itu sendiri. Yakni
keyakinan kepada yang hak yang juga bisa disebut lampu penerang yang menerangi
jalan benar dan menampakkan pula jalan salah hingga ia mengikuti yang benar dan
menjauhi yang salah.
(5). Dengan penjelasan di atas itu, dapat disimpulkan bahwa akal
manusia akan sangat menjadi penentu bagi memahami apapun hidayah Tuhan, apakah
berupa agama, Nabi saww, para imam maksum as, ilmu dan semacamnya.
(6). Kalau akal ini sebegitu bermutunya, yakni dibersihkan dari semua
kepentingan2 emosi, ego dan kepentingan2 lainnya, maka ia sendiri menyala-nyala
sekalipun tidak didatangi agama, Qur an, Nabi saww dan para imam as.
Maksudnya, akal manusia itu dapat menjadi petunjuk bagi manusia walau tanpa
agama. Tentu, karena jangkauannya untuk mengerti semua hal itu, sangat
terbatas, maka dari keterbatasannya ini, ia tidak akan mampu menangani semua
jalan kehidupan yang benar. Karena itulah, perlu kepada agama. Akan tetapi
sekali lagi, akal kalau dibersihkan dari segala kepentingan, ia akan menjadi
obor pertama setelah agama. Yakni nomer dua setelah agama. Dan, ingat, agama
sendiri tidak akan dipahami dengan benar, kalau akal ini dirusak dengan
berbagai kepentingan dan kebohongan.
Jawaban Soal:
Dengan mukaddimah2 itu, daspat dipahami bahwa maksud dari "Cahaya di
atas cahaya", adalah "Qur an yang berada di atas akal manusia yang
juga cahaya".
Artinya, Qur an yang mencahayai kepada jalan yang benar, berada di atas
akal yang juga mencahayai kepada jalan benar. Bedanya, kalau agama adalah
cahaya yang lengkap dan penuh, akan tetapi kalau akal memiliki batasan2
tertentu. Akan tetapi kelebihan akal dari Qur an, adalah dari sisi bahwa Qur an
atau agama, tanpa akal, sama sekali tidak akan bisa dipahami.
Jadi, adanya Qur an setelah akal yang bagus yang dibersihkan dari segala
kepentingan dan kecenderungan, yakni dibersihkan dari pengaruh2 rasa/perasaan
yang ada di ruh-daya-hewani, adalah adanya cahaya di atas cahaya. Artinya
semakin menerangi kepada jalan benar.
Karena itulah, maka sangat mengherankan bagi manusia, khusunya bagi seorang
muslim, yang diberi akal dan agama, tapi tdik kunjung menemukan kebenaranNya.
Hal itu, sudah tentu karena mereka2 ini, tidak sanggup mengorbankan
kebiasaan2nya, kecenderungan2nya, ego2nya, hawanafsu2nya, kesombongan2nya
....dan semacamnya. Na'udzubilah min dzalik, semoga kita tidak masuk di
dalamnya, dan kalau ternyata masih di dalam golongan2 itu, semoga Tuhan
membantu kita untuk keluar daripadanya, amin
Catatan:
(1). Ada berbagai riwayat yang menerangkan tafsiran dari ayat di atas, akan
tetapi tetap bisa dimasukkan ke dalam penafsiran lahir dan umum serta mencakup
di atas itu.
(2). Salah satu riwayatnya adala: Misykaat itu adalah hati/akal Nabi saww,
sedang lampunya adalah nur ilmu, lalu kacanya adalah imam Ali as, kemudian
pahon yang berberkah itu adalah nabi Ibrahim as.
(3). Ada juga penafsir yang menafsirkan bahwa Nur Ilahi itu adalah
Qur an atau dalil akliah, atau juga Nabi saww
(4). Ada juga riwayat yang mengatakan bahwa , Misykaat itu adalah cahaya
ilmu yang ada di hati/akal Nabi saww, dan kacanya adalah dada imam Ali as, lalu
Cahaya di atas cahaya adalah para imam maksum as yang datang secara bergantian.
............... dll dari penafsiran2 yang ada di kitab tafsir baik yang
datang dari riwayat atau para penafsir itu sendiri.
Peringatan:
Jalan hidayah dan iman ini banyak tingkatan dan gradasinya. Kalau kita
mengotori akal, maka sebesar persentasi pengotoran itu, kita juga akan
menyimpang dari jalan benar.
Misalnya, diantara agama2, ada Islam sebagai penyelamat dan lampunya. Di
dalam Islam itu sendiri masih terdapat banyak sekali hiruk pikuknya yang ,
sudah tentu Perahu nabi Nuh as, yaitu Ahlulbait as adalah penyelamatnya
(syi'ah). Di dalam syi'ah ini juga masih ada hiruk pikuknya, maka yang
berlentarakan kepada wakil2 umum imam maksum as, yaitu wilayatu al-faqiih
adalah penyelamatnya. Di dalam wilayatulfakih ini juga masih ada hiruk
pikuknya, maka yang menekan rasa/perasaan kemudian memaksimalkan akal-pahaman
dan akal-aplikasilah yang akan selamat dari hiruk pikuk dan, mungkin
pengatasnamaan ini.
Bayangin, semua bertaklid pada satu marja', berwilayah pada saru marja',
akan tetapi bukan saja berbeda, tetapi bahkan saling berseteru dan mambenci.
Sekali lagi Na'udzubillahi min dzaalik. semoga kita tidak ada di dalamnya, dan
kalau ada di dalamnya, semoga Tuhan berkenan membantu kita keluar dari jejaring
ego, nafsu dan kepentingan2 serta kecenderungan2 yang , semuanya diselimuti dan
dikemas dengan agama itu sendiri, akhlak itu sendiri, fikih itu sendiri,
wilayatulfakih itu sendiri, akidah itu sendiri, politik itu sendiri, irfan itu
sendiri...dst itu sendiri. Ya ...Allah ... betapa berpengaruhnya kecenderungan
yang seringkali halusnya dan samarnya bagai semut hitam di atas batu hitam dan
di malam yang kelam.
wassalam.
kita juga punya nih jurnal mengenai cahaya silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
BalasHapushttp://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2762/1/Kommit2000_komunikasi_004.pdf
Syiah toh.pantas ada imam maksum...yg berani mengkafirkan abu bakar assiddiq dan Umar bin khattab...pdhl betapa mulusnya beliau sehingga kuburan mereka berdua saja berdampingan rasulullah.
BalasHapus