Total Tayangan Halaman

Sabtu, 31 Desember 2011

RUH

RUH
Al-Israa'(17): 85 ”Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.
Katakanlah: ‘Roh itu urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit’.
Roh adalah suci, ciptaan Allah, sehingga dikategorikan sebagai Makhluk. Jadi roh dalam diri jasad manusia bukanlah Allah itu sendiri.
“Maka apabila telah Aku menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan 
kedalamnya Roh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud“ (Al Hijr:29)
Pengertian “roh KU”? Roh milik Allah. Roh ciptaan dan milik Allah, yang ditiup masuk oleh Allah ke dalam Jasad manusia. Bila manusia meninggal maka roh ini akan kembali ke Sang Pencipta. Nafakh ruh
“akan tetapi di dalam diri manusia ada bashirah (yang tahu)"(QS 75:14).
Kata bashirah ini disebut sebagai yang tahu atas segala gerak manusia yang sekalipun sangat rahasia. Ia biasa menyebut diri (wujud)-nya adalah "Aku".
Tidak ada yang namanya Roh (Roh) jahat, ataupun lainnya. Sesungguhnya Roh itu selalu mengajak jiwa ke jalan yang lurus, tetapi syaitan sangat gigih menyeru segala yang dimiliki jiwa agar sesat.
Firman ALLAH dalam Al-Qur’an: Syaitan adalah musuh yang nyata
Kemana Tubuh Fisikal, Eterik, Jiwa dan ROH Pergi Ketika Meninggal Dunia?
Kembalinya Roh - ROH, yang saya tidak tahu sedikitpun tentangnya, akan terus kembali kepada Sang Pencipta.
Kembalinya Tubuh Fisik - Tubuh Fisikal yang tersusun dari material duniawi akan kembali menjadi bahan-bahan tanah. Tidak ada lagi kesadaran yang tersisa. Tak ada lagi cerita.
Tubuh Jiwa, kemana perginya? - Kemana perginya sangat tergantung dengan Keyakinan dan Laku Amal-Ibadah yang dilakoninya selama hidup didunia. Ketika kita memuja (membuka hati kepada) mahluk lain bukan kepada Allah SWT, kita mempersembahkan energi kita kepada sesama mahluk, baik manusia ataupun mahluk lain walau mereka berada di dimensi yang lebih tinggi, maka secara langsung kita membatasi diri kita sendiri dan potensi spiritual kita. Setiap saat kita membuka hati kita untuk hal/mahluk lain selain untuk berhubungan langsung dengan Allah SWT, maka kita tersesat dari tujuan hidup yang sebenarnya.
Orang yang menghambakan diri, menggadaikan diri kepada selain Allah Yang Maha Esa, akan ditarik janji gadainya. Orang yang mencari pesugihan di 

gunung, akan ditagih jiwanya sebagai balasan kekayaan material yang 

didapatnya selama hidup oleh penunggu gunung tsb.

Orang atheis, kafir yang tidak percaya adanya Allah SWT, apalagi suka berbuat 
zalim, Jiwanya gelap matanya buta dan telinganya tuli. Tidak bisa melihat dan 
mendengar apa-apa. Jiwanya akan menunggu dalam dimensi kegelapan, 

hingga sangkakala berbunyi.
Orang yang beriman, yang berserah diri, yang suci, Yang mati sahid, Jiwanya akan langsung terbang, entah menuju dan menunggu dilangit yang mana. Tingginya langit yang bisa disambangi, tingginya syurga yang akan didiami, berbanding lurus dengan Kemurnian Tauhid yang diyakini dan dijalani.
Dengan demikian terserah kepada diri kita masing-masing. Apakah kita akan mengotori jiwa kita atau justru membersihkannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar