Total Tayangan Halaman

Minggu, 20 Januari 2013

Penjelasan tentang Cahaya di atas Cahaya & Kesucian Rasulullah saw


Penjelasan tentang Cahaya di atas Cahaya & Kesucian Rasulullah saw Oleh Ustad Sinar Agama
Daris Asgar:

Salam ustad,ijin menanyakan orang lain yang minta tlg untuk ditanyakan pada ustad,Ijin ustad,

1.apa maksud cahaya diatas cahaya yang ada dalam ayat alQur-an,

2.apakah ksucian Rosulululloh saww ruhaniahnya sahaja atau juga jasmaniny?seperti kotoran nabi(maaf) apakah suci?karena kalau tidak slh ada prnytaan bahwa  orang yang berjunub tidak boleh melewati mesjid kecuali nabi Saww dan imam Ali as,syukron ustad,

Sinar Agama:
Salam dan trims pertanyaannya:

(1). Ayatnya secara lengkap sbb:

اللهُ نُورُ السَّمَوَتِ وَالاَْرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَوة فِيهَا مِصْبَاحٌ المِصْبَاحُ فِى زُجَاجَة الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّىٌّ يُوقَدُ مِن شَجَرَة مُّبَرَكَة زَيْتُونَة لاَّ شَرْقِيَّة وَلاَ غَرْبِيَّة يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِىءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُّورٌ عَلى نُور يَهْدِى اللهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَآءُ وَيَضْرِبُ اللهُ الاْمْثَلَ لِلنَّاسِ وَاللهُ بِكُلِّ شَىْء عَلِيمٌ

"Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahayaNya seperti tempat lampu yang di dalamnya ada lampu yang ditutupi dengan kaca. Kacanya seperti bintang2 yang bercahaya seperti mutiara, dan yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, yaitu pohon zaitun yang tumbumh tidak di sehelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya saja hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya. Allah membiming kepada cahayaNya siapa yang Dia kehendaki. dan Alllah memrbuat perumpamaan2 bagi manbusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

(2). Ayat ini banyak sekali tafsirannya, baik yang berkecenderungan ilmu Kalam, Filsafat atau Irfan dan semacamnya.

(3). Akan tetapi dari semua tafsir itu, bisa diambil kesimpulan yang sama yang lebih mencakup keseluruhannya. Artinya, semua tafsir itu bisa dijadikan satu gabungan yang dimasukkan ke dalam satu tafsiran yang menyerluruh dan meliputi semua2 tafsiran tsb.

(4). Rincian yang akan disatukan adalh sbb:

4-a- Maksud dari cahaya yang dinisbahkan kepada Allah dalam kalimat "Allah adalah cahaya langit dan bumi" adalah sbb: Hidayah; Penerang; Keindahan langit dan bumi; Qur an; Iman; Agama Islam; Nabi saww; Imam Maksum as dan Ilmu (semua tafsir2 atas cahaya ini diambil dari ayat2 dan riwayat2).

4-b- Mengapa Cahaya yang dijadikan perumpaan atau dijadiakn topik di ayat ini? Jawabnya karena cahaya itu adalah yang memiliki makna luas, baik cahaya lahiriah atau batiniahnya.

Lahiriahnya seperti cahaya matahari dimana mengandungi banyak sekali unsur kehidupan dan menepis kemudharatan. Tanpa matahari beberapa hari saja, bumi akan membeku dan kehidupan akan berhenti.

Batiniyahnya seperti makna "menerangi" atau "terang dengan sendirinya dan menerangi yang lainnya".

Alam ini, tanpa Tuhan, maka tidak mungkin ada. Ada dari yang sebelumnya tiada, jelas seperti tanpak dari sebelumnya tidak tanpak. Karena itu, pengadaan makhluk ini sama dengan penampakannya yang , persis dengan makna mencahayainya. Jadi, mencahayai sama dengan mengadakannya. Dan Tuhan, sudah tentu merupakan keberadaan yang tanpa perlu diadakan. Persis seperti cahaya yang menerangi sementara dirinya tidak perlu diterangi. Jadi, Ia pengada yang tidak diadakan.

Batin2 lainnya seperti agama, Qur an, Nabi saww, para imam maksum as, iman, hidayah dan ilmu, dimana menjadi tafsiran2 dari para penafsir itu, merupakan Cahaya juga yang berarti memiliki makna menarangi.

4-c- Dalam perumpamaan itu harus memperhatikan dulu unsur2nya:

- Misykaat adalah tempat lampu yang bisanya dibuat di tembok. Yaitu dengan mebuat semacam lubang seperti mihrob kecil. Walhasil, tempat lampu yang berlubang yang dibuat untuk menjaga api lampunya tidak mati terterpa angin. Jadi fungsi misykaat ini adalah melindungi nyalanya lampu dari angin supaya tidak mati.

- Lampu yang disebut dengan Mishbaah dimana terdiri dari tempat minya, minya dan sumbu.

- Zujaajah yang artinya kaca atau barang2 yang mengkilat.

-      Minyak yang menjadi bahan penyalanya, yang dibuat dari buah zaitun yang pohonnya tidak terlalu mojok ke barat dan ke timur hingga buahnya memiliki mutu yang tinggi dimana begitu tingginya sampai2 ia sendiri seakan menyala walau tidak dibakar dengan api.

4-e- Ketika iman/keyakinan yang ada di hati/akal manusia itu menyala (lampu),yakni sudah terang mana2 yang hak dan batil, dimana menyalanya yang terang dan benar itu karena mutu dari akalnya yang tidk dikotori dengan segala macam kecenderungan (minyak zaintun), lalu ia melindungi dari angin ribut dengan akal dan dalil2nya yang kokoh dan sesuai pada tempatnya (misykaat), dan melindungi pula dengan pikiran yang bening hingga dapat berdalil dengan baik hingga menampakkan jalan benar dan jalan salah secara gamblang (kaca) dimana bukan hanya melidunginya dengan kaca (kejujuran tinggi) itu, tetapi juga menyeruakkan cahayanya atau hasil dalilnya kedalam kehidupannya, maka semua tafsiran2 itu menyatu dalam pemahaman menyeluruh dan mencakup ini.

Hal itu, karena hidayah, Qur an, ilmu, Nabi saww, para imam as ...dst itu adalah merupakan sesuatu yang bisa diringkas dengan iman itu sendiri. Yakni keyakinan kepada yang hak yang juga bisa disebut lampu penerang yang menerangi jalan benar dan menampakkan pula jalan salah hingga ia mengikuti yang benar dan menjauhi yang salah.

(5). Dengan penjelasan di atas itu, dapat disimpulkan bahwa  akal manusia akan sangat menjadi penentu bagi memahami apapun hidayah Tuhan, apakah berupa agama, Nabi saww, para imam maksum as, ilmu dan semacamnya.

(6). Kalau akal ini sebegitu bermutunya, yakni dibersihkan dari semua kepentingan2 emosi, ego dan kepentingan2 lainnya, maka ia sendiri menyala-nyala sekalipun tidak didatangi agama, Qur an, Nabi saww dan para imam as.

Maksudnya, akal manusia itu dapat menjadi petunjuk bagi manusia walau tanpa agama. Tentu, karena jangkauannya untuk mengerti semua hal itu, sangat terbatas, maka dari keterbatasannya ini, ia tidak akan mampu menangani semua jalan kehidupan yang benar. Karena itulah, perlu kepada agama. Akan tetapi sekali lagi, akal kalau dibersihkan dari segala kepentingan, ia akan menjadi obor pertama setelah agama. Yakni nomer dua setelah agama. Dan, ingat, agama sendiri tidak akan dipahami dengan benar, kalau akal ini dirusak dengan berbagai kepentingan dan kebohongan.

Jawaban Soal:
Dengan mukaddimah2 itu, daspat dipahami bahwa maksud dari "Cahaya di atas cahaya", adalah "Qur an yang berada di atas akal manusia yang juga cahaya".

Artinya, Qur an yang mencahayai kepada jalan yang benar, berada di atas akal yang juga mencahayai kepada jalan benar. Bedanya, kalau agama adalah cahaya yang lengkap dan penuh, akan tetapi kalau akal memiliki batasan2 tertentu. Akan tetapi kelebihan akal dari Qur an, adalah dari sisi bahwa Qur an atau agama, tanpa akal, sama sekali tidak akan bisa dipahami.

Jadi, adanya Qur an setelah akal yang bagus yang dibersihkan dari segala kepentingan dan kecenderungan, yakni dibersihkan dari pengaruh2 rasa/perasaan yang ada di ruh-daya-hewani, adalah adanya cahaya di atas cahaya. Artinya semakin menerangi kepada jalan benar.

Karena itulah, maka sangat mengherankan bagi manusia, khusunya bagi seorang muslim, yang diberi akal dan agama, tapi tdik kunjung menemukan kebenaranNya. Hal itu, sudah tentu karena mereka2 ini, tidak sanggup mengorbankan kebiasaan2nya, kecenderungan2nya, ego2nya, hawanafsu2nya, kesombongan2nya ....dan semacamnya. Na'udzubilah min dzalik, semoga kita tidak masuk di dalamnya, dan kalau ternyata masih di dalam golongan2 itu, semoga Tuhan membantu kita untuk keluar daripadanya, amin

Catatan:
(1). Ada berbagai riwayat yang menerangkan tafsiran dari ayat di atas, akan tetapi tetap bisa dimasukkan ke dalam penafsiran lahir dan umum serta mencakup di atas itu.

(2). Salah satu riwayatnya adala: Misykaat itu adalah hati/akal Nabi saww, sedang lampunya adalah nur ilmu, lalu kacanya adalah imam Ali as, kemudian pahon yang berberkah itu adalah nabi Ibrahim as.

(3). Ada juga penafsir yang menafsirkan bahwa  Nur Ilahi itu adalah Qur an atau dalil akliah, atau juga Nabi saww

(4). Ada juga riwayat yang mengatakan bahwa , Misykaat itu adalah cahaya ilmu yang ada di hati/akal Nabi saww, dan kacanya adalah dada imam Ali as, lalu Cahaya di atas cahaya adalah para imam maksum as yang datang secara bergantian.

............... dll dari penafsiran2 yang ada di kitab tafsir baik yang datang dari riwayat atau para penafsir itu sendiri.

Peringatan:
Jalan hidayah dan iman ini banyak tingkatan dan gradasinya. Kalau kita mengotori akal, maka sebesar persentasi pengotoran itu, kita juga akan menyimpang dari jalan benar.

Misalnya, diantara agama2, ada Islam sebagai penyelamat dan lampunya. Di dalam Islam itu sendiri masih terdapat banyak sekali hiruk pikuknya yang , sudah tentu Perahu nabi Nuh as, yaitu Ahlulbait as adalah penyelamatnya (syi'ah). Di dalam syi'ah ini juga masih ada hiruk pikuknya, maka yang berlentarakan kepada wakil2 umum imam maksum as, yaitu wilayatu al-faqiih adalah penyelamatnya. Di dalam wilayatulfakih ini juga masih ada hiruk pikuknya, maka yang menekan rasa/perasaan kemudian memaksimalkan akal-pahaman dan akal-aplikasilah yang akan selamat dari hiruk pikuk dan, mungkin pengatasnamaan ini.

Bayangin, semua bertaklid pada satu marja', berwilayah pada saru marja', akan tetapi bukan saja berbeda, tetapi bahkan saling berseteru dan mambenci. Sekali lagi Na'udzubillahi min dzaalik. semoga kita tidak ada di dalamnya, dan kalau ada di dalamnya, semoga Tuhan berkenan membantu kita keluar dari jejaring ego, nafsu dan kepentingan2 serta kecenderungan2 yang , semuanya diselimuti dan dikemas dengan agama itu sendiri, akhlak itu sendiri, fikih itu sendiri, wilayatulfakih itu sendiri, akidah itu sendiri, politik itu sendiri, irfan itu sendiri...dst itu sendiri. Ya ...Allah ... betapa berpengaruhnya kecenderungan yang seringkali halusnya dan samarnya bagai semut hitam di atas batu hitam dan di malam yang kelam.

wassalam.

2 komentar:

  1. kita juga punya nih jurnal mengenai cahaya silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
    http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2762/1/Kommit2000_komunikasi_004.pdf

    BalasHapus
  2. Syiah toh.pantas ada imam maksum...yg berani mengkafirkan abu bakar assiddiq dan Umar bin khattab...pdhl betapa mulusnya beliau sehingga kuburan mereka berdua saja berdampingan rasulullah.

    BalasHapus